THE GAME Of QUEEN

Posted: Sabtu, 29 Januari 2011 by LAGUPEDIA in Label: , , , , ,
3

Dari sekian koleksi album studio milik band QUEEN, salah satu yg jadi favoritku berjudul The Game (1980). Alasan subjektif kenapa gw demen album ini, antara lain merupakan kaset QUEEN pertama yg kubeli di awal taon 1981. Sekaligus pertama kalinya mendengar secara utuh nama band yg berkesan feminim ini di satu album penuh. Sebelumnya cuma pernah nyimak dua lagu lewat album kompilasi kaset bajakan ala Indonesia berjudul Dream Ekspres, yakni Bohemian Rhapsody dan Love Of My Life. Kaset Dream Ekspres adalah serial cukup popular dan legendaris di akhir 70an produksi Atlantic Record, memuat kompilasi tembang slow rock berikut bonus buku yg sekaligus memperkenalkan group seperti King Crimson, Uriah Heep, Styx, dst. Sebuah terobosan manjur bagi bisnis rekaman kaset, hanya terdapat di Indonesia.
Teringat saat itu gw masih pake celana pendek (SMP), salah satu tempat main favorit adalah ke toko kaset langganan. Lantas disodorin ama si pemilik toko, antara lain album Face Value (Phill Collins), For Those About To Rock (AC/DC), dan We'll Bring The House Down (Slade). Padahal waktu itu gw lagi penasaran dgn lagu The Police, juga tertarik dgn Styx karena covernya keren (alb. Paradise Theatre). Trus doi bilang, "Cobain yg ini deh, kayaknya gak terlalu beda musiknya!". Kubaca judulnya rada ragu, The Game, QUEEN, fotonya orang berempat lagi nongkrong gak asik, rekaman Private Collection (klo gak salah). Doi paham, maka dijajal lagu yg rupanya sering kudengar di radio tapi blum kenal judulnya, Another One Bites The Dust. Weleh, seru juga nih, itulah kaset album QUEEN pertamaku. Dengan durasi 60 menit (C-60), seperti biasanya ada bonus di side B (C-60) dari album Periscope Of Life milik band Kayak. Band Belanda yg baru kukenal lewat Ruthless Queen (juga ada di serial Dream Ekspres), sekaligus bakal ngumpulin album2nya juga. Awal tulisan inipun telah mewakili selera subjektifku sekaligus sejarah mengenal QUEEN khususnya.

Impresi awalku, album ini bernuansa racikan gado-gado. Ungkapan pas untuk memulai sejarah bersama QUEEN yg terasa berjodoh lewat rangkuman hits yg popular maupun kesan pribadi. Setiap lagu bikin jatuh hati dan mengundang kesan sbg kesatuan utuh cerita. Misalnya pamor sbg kelompok dgn karakter harmonisasi vokal yg jadi kekuatan mereka, muncul pada lagu pertama Play The Game. Intro bernuansa "art space" hasil perangkat synthezizer merupakan perkembangan tersendiri. Dimana lewat album ini merupakan pertama kalinya mereka menggunakan alat itu, seperti tertulis di sampul album dlm format CD. Perkenalan QUEEN dgn perangkat synthe diyakini ada kaitannya dgn tawaran proyek untuk mengisi filmnya Dino De Laurentis, yakni Flash Gordon. Dalam konsep futuristik yg mengiringi jagoan dari dunia komik ini, QUEEN kembali bereksperimen di studio sekaligus menyelesaikan album baru. Maka ketika album The Game dirilis pada Juni 1980, peluncuran film scoring Flash Gordon menyusul di Desember tahun yg sama. Lalu hentakan gaya Rock Oldskul sbg mainstream QUEEN pada Rock It, seolah melanjutkan anthem yg pernah membuat mereka terkenal, Sheer Heart Attack. Dipertegas secara bertenaga serta amat merangsang lewat Dragon Attack dan Coming Soon, drummer Roger Taylor mengeksplorasi bedug Inggris serta efek gemuruh bak deru helikopter. Freddy tak ketinggalan berakrobat vokal ala bluesy, Don't Try Suicide, konon diilhami kegundahannya terhadap Brian May yg sempat merasa jenuh dan pernah (bercanda?), "Gimana rasanya jika bunuh diri".
Kondisi yg mungkin timbul akibat tekanan berat sbg musisi dunia yg dipenuhi jadwal manggung dan tuntutan selalu prima. Saat melakukan konser dunia di sepanjang 1979 yg kemudian dijadikan album ganda Live Killers, QUEEN harus menyelesaikan materi album baru di tahun berikutnya. Maka di beberapa konser akhir 1979, mereka dapat sekaligus mempromosikan materi album baru seperti Crazy Little Thing Called Love yg lantas menjadi singel. Lagu promosi itu sanggup merebut perhatian bahkan langsung bercokol sbg hits No. 1 di Billboard Amerika akhir 1979, sebelum album penuhnya dirilis. Secara cerdas QUEEN menaklukan publik Amerika lewat gaya Rocabilly ala Elvis sambil bergoyang dgn gitar retro akustik plus jaket hitam berbahan kulit. Freddie dapet ide lagu "Crazy Little .." saat berendam di bathtube, lantas bergegas lari ke piano untuk menggubah dan merekam notasi sembari ngulik lirik hingga larut malam bahkan tanpa sempat menyalakan lampu. Jreeeng .. konon langsung jadi, selanjutnya dihaluskan oleh Brian May dalam format gitar akustik terutama untuk pertunjukkan panggung. QUEEN memasuki era 80an dgn warna musik beragam dan penampilan baru, mereka berhasil menembus belantara industri yg kala itu mulai dirajai gelegar trend Disko serta corak Punk. Merekapun melanjutkan wibawa Rock yg mulai tampak redup ketika Led Zeppelin bersepakat bubar, para personil Pink Floyd saling hujat di sidang pengadilan, serta The Who kehilangan Keith Moon. Sementara Michael Jackson dan The Police merajalela, era MTV lahir.
Jawaban semua tantangan itu adalah hits ekstravaganza berjudul Another One Bites The Dust, suasananya mirip Elvis saat bergaya That's Allright Mama yg menyatukan selera publik kulit hitam dan bule. John Deacon melakukan terobosan yg meski awalnya gak diterima Freddie dan Brian, yakni cabikan bass ala black-funky yg sering dilakukannya saat dulu pernah ngumpul di kafe bergaya soul kala mahasiswa. John juga bersahabat baik dgn band "Chick" ("La Freak", salah satu hits mereka) dan sering nimbrung di studio mereka. Maka doi mencoba gaya disco secara iseng, lalu didengar Roger Taylor yg langsung nimbrung dgn perangkat drum loop. Mereka sempat merekam percobaan ini walau gak diterima untuk materi album The Game, hingga tanpa sengaja didengar oleh Michael Jackson yg tengah berkunjung ke studio. Tokoh bintang ini kelak sanggup merubah gaya bermusik QUEEN menjadi ala Motown, sekaligus favoritnya Deacon. Ada gosip saat itu Freddie lagi pedekate ke Jacko, terutama mengajaknya berduet. Ada dua draft lagu yg ditawarkan Freddie, Under Pressure dan Cool Cat yg dominan digarap Deacon. Jacko menolak walau sempat rekaman bareng, akhirnya lagu2 itu akan jadi thema album berikutnya Hot Space yg amat kental bernuansa black-soul. Juga atas bantuan Jacko (walau gak resmi ditulis), Freddie menyelesaikan lirik untuk "nada hitamnya" Deacon yg akan diberi judul bergaya Bronx, Another One Bites The Dust.
Di luar urusan pribadi Freddie dgn Jacko, Brian entah kenapa sempat mengalami depresi di proyek ini. Selain jadi ilham Freddie di lagu Dont Try Suicide, Brian juga telah menuangkan kegundahannya lewat balada Save Me serta Sail It Away Sweet Sister yg diliputi nuansa kematian. Gak begitu jelas alasannya, ada yg mengatakan sbg awal retaknya rumah tangga Brian. Lagu Save Me berkisah tentang putusnya persahabatan, serta lirik "I'm naked .. and I'm far from home" dikutip dari satu episode serial TV favorit Brian yakni Highlander (kelak menjadi kerjasama khusus). Interpretasiku saat itu terbantu oleh sebuah tulisan di Majalah Hai edisi 80an, berjudul Rhapsody Buat Irvan karangan Katyusha (aka Hilman Lupus?). Berkisah tentang seorang penderita leukimia dan demen lagu Save Me dari QUEEN hingga berujung kematiannya. Sementara balada sedih Sail Away Sweet Sister yg diberi imbuhan "To the Sister I Never Had", akan kutulis tersendiri yg juga berdasarkan ilham dari sebuah cerpen di Majalah Hai. Kesedihan Brian lewat dua balada yg dinyanyikannya sendiri, telah menjadikan album The Game kumplit bagi telinga pemula sepertiku saat itu. Maka setelah selanjutnya mengumpulkan beberapa album QUEEN lain, mo gak mau selalu dibandingkan ke album ini sbg milestones sekaligus kesan positif mereka adalah kumpulan empat jenius yg united.
Album The Game juga menandai penampilan pertama kali Freddie yg selanjutnya berkumis tebal untuk bikin para lelaki iri. Bukan tampak pada lagu Crazy Little Calleda Love yg masih klimis, melainkan di video Play The Game. Lagu singel kedua ini dibuat Freddie saat ia mengaku baru patah hati dari seorang "pria intim", perkara yg lalu membuat perubahan total penampilan berkesan macho. Prilaku menyimpang Freddie memang semakin kentara binal dan ditunjukkan, termasuk hal yg telah merisaukan Brian walau saat itu ancaman wabah AIDS belum terdengar. QUEEN juga sempat merilis singel berjudul "A Human Body" yg dikarang dan dinyanyikan Roger Taylor, tapi selanjutnya gak pernah dirilis Queen secara resmi kecuali dihadirkan pada edisi Box Set. Dengan dominasi penulisan lirik tetap oleh Freddie dan Brian yg sekaligus juga menyanyikan karyanya, tetap kentara bahwa kreativitas Deacon dan Roger amat berperan signifikan di album ini. Walau menurut Roger porsinya agak kurang tertampung, kelak iapun berencana untuk bikin solo album sekaligus jadi pertama bagi personil QUEEN berikutnya. Alasan Roger, "There isn't enough room on QUEEN albums of a lot of the things I want to do, so I am expressing my own excess!". Well .. Just play the game, dudes.
-duke-

3 komentar:

  1. EKO says:

    Kabarnya lagu Another One Bites The Dust berisikan pesan It's fun to smoke Marijuana (backward message) ... BTW keren tulisanya.

  1. 1_one says:

    jadi ingat koleksi dream expres, cuma ada di indonesia tuh

  1. S.K says:

    Bravoo utk tulisannya, yg dapat mewakili penggemar musik umumnya terutama mengenai kelompok Queen. Keep blogging Mr. DUKE..