MUTILASI [I Loose, U Loose]

Posted: Senin, 22 Oktober 2012 by LAGUPEDIA in Label:
1

kuingin tau, kau harus mau
kuingin kau begitu, agar kau tau
jadilah engkau milikku selalu, utuh
tanpa tersentuh .. cuma aku
Sebutan posesif berasal dari kata kerja, "to possess". Serta memiliki beberapa maksud dan pengertian, diantaranya:
1. a: to have and hold as property; own = kepemilikan.
1. b: to have as an attribute = memiliki dengan tujuan.
2. a: to take into one's possession; semacam agresi.
2. b: to enter into and control firmly; muncul dominasi.
2. c: to bring or cause to fall under the influence; strata aksi yg mulai mengontrol pihak lain = possession.
bila ku mati, kau juga mati
walau tak ada cinta, sehidup semati
jadilah engkau milikku selalu, utuh
tanpa tersentuh .. cuma aku
Maka terjemahan bebas bagi pengidap posesif, kira2 adalah sifat memiliki yg diikuti kecenderungan untuk menguasai sekaligus menuntut totalitas dari partnernya. Kadang jadi berkesan "gak ada saling lagi", bahkan berpotensi menihilkan aspek dua arah. Sehingga jika diambil terjemahan secara harafiah dari "to possess", akan dapat terjadi proses "kerasukan". Sekaligus agar jelas, bahwa ada satu pihak yg telah mengintervensi bahkan merasuki pihak lainnya. "Jadilah engkau milikku selalu, utuh, tanpa tersentuh, cuma aku". Bila mesti berkaitan dgn relasi kemanusiaan, dapat diterjemahkan bahwa "manusia" gak lebih sbg properties bagi satu pihak dan akan banyak pembenaran bagi si pelaku tanpa merasa "kerasukan".
  
Sekarang kita pinjem pendapat ahli kriminolog dari sebuah Institut ternama negeri ini, pernah terkait sbg nara sumber pada sebuah kasus mutilasi yg sempat heboh sbg pemberitaan. Walau gak bermaksud teror bahkan intimidatif, karena tinjauannya bersifat kasuistik. Serta dalam konteks tinjauan ini memang sudah didapat jatidiri pelakunya. Namun tetap diupayakan gak melebar ke arah psiko-analitisnya, apalagi jadi subjektif dgn menuduh phobia. Karena alasan bahkan pembenaran amat universal, berawal dari kata sakti : Cinta.
mengapa, aku begini .. 
jangan kau mempertanyakan
Menurut sang kriminolog, pembunuhan itu terjadi akibat ekses dari hubungan cinta platonis. Meminjam istilah nama filsuf Plato (427 – 347 SM) yg konon diadopsi untuk menyebutkan sebuah hubungan cinta penuh aroma filosofi berbalur teori. Setidaknya dapat membedakannya dgn cinta Eros nan menggelora lahir batin sekaligus otoriter dalam kecenderungan naluri yg egosentrik.Begitulah, konon katanya. Padahal jika ditinjau dari kasus dan dampak, cinta mutilasi begini justru sarat dgn nafas Eros berikut nafsu propertiesnya.
bila ku mati, kau juga mati
walau tak ada cinta, sehidup semati
Dalam konsep platonis, cinta adalah membebaskan. "If you love someone, set them free!", antara lain pernah menyanyikan oleh Sting. Proses cinta dgn kebebasan bertanggungjawab adalah ciri yg saling mendewasakan dan gak lagi perlu terjebak pada kehilangan yg over protective lantaran "lebih dari sekadar milik" serta melebihi sensasi harafiah (Bodily sensation). Namun tetap memelihara ekslusifisme seks sehingga gak lantas terjebak jadi "brotherly love" yg dianut para persaudaraan ala Agape. Lantas apa saja yg bakalan terjadi, jika pelajaran hidup seseorang telah mendominasi sebuah persepsi yg akhirnya berpedoman mati pada filosofi "If I loose, then you loose!". Well dudes .. it could happen to me, for you, or else.
Artist : NAIF
Judul : Posesif
Album : Jangan Terlalu Naif [2000]
Musik : Pepeng, Candra, David
Lirik : Pepeng
-duke-


Read more...

Wish You Were Here

Posted: by LAGUPEDIA in Label: , , ,
0

so .. so you think you can tell heaven from hell,
blue skies from pain can you tell a green field,
from a cold steel rail? a smile from a veil ..
do you think you can tell?
Ada sumpek, malam pengap, dan kenangan.
Aku rindu suara semacam "bluesy yg paling kelam,
semacam derita serak, melingkar berbaur asap rokok
semacam nyala merajam, menembus jejak perjalanan,
semacam hening pekerja kesepian di ladang kapas,
semacam tulus kehangatan mentari seberang benua
semacam lirik yang semestinya kukutip segera ..
and did they get you to trade
your heros for ghosts, hot ashes for trees?
hot air for a cool breeze, cold comfort for change?
and did you exchange .. a walk on part in the war
for a lead role in a cage?
Mereka katakan, blues adalah ekspresi dan penjabaran.
Katanya pula, simbol ekspresi pembebasan yg membebaskan,
dari sub-kultur inferior, pada rendah diri dan perbudakan.
Katanya lagi, sebagai frase sekelebat yg tak wajib diduga,
walau konon dikumandangkan menjadi Jazz hingga Rock'n'Roll.
Lantas kapan penjawaban itu tiba, jika boleh dituntaskan?
J-A-Z-Z .. bukankah pernyataan yg malah mempertanyakan?
  
how i wish .. how i wish you were here
we're just two lost souls, swimming in a fish bowl
year after year .. running over the same old ground
what have we found?
the same old fears .. wish you were here
Ada suara mantera bersama, namun musiknya tetap senyap.
Saat derik rantai diseret, rantai panjang itupun mengikat
langkah tari dan tepuk tangan, namun rantainya tak bakalan
sanggup menghalangi tiap ratapan berikut harapan kebebasan.
"I heard you twice the first time", ujar Branford Marsalis.
Memang, rantai bagaimanapun tak sanggup mengikat jiwa lagu.
Maka semestinyapun tak ada lagu yg sanggup mengikat jiwa
dan rasa, seperti gumpalan kental "Round Midnight" saat
menerobos malam dan melampaui harmon mute Miles Davis.
Dengarkan, dengarlah saja .. bukan untuk dipikirkan.
  
So, aku kini sedang bersama Blues dan Jazz?
Aku sendiri gak yakin, karena sahabatku malah sering
memanggilku dgn nick -Wholla Lotta Rock'n'Roll Man-
Konon artinya aku yg suka bergaya Rock 'n'Roll walau
sekali lagi akupun gak yakin akan kebenaran gelar itu.
Tapi aku pernah punya kisah pertemuan, sebuah dialog :
(-) Lagi dengerin apa sih? Kok asik
(+) Gak tau nih. Emang terganggu?
(-) Gak, asik kok. Cuman bingung lagunya aja
(+) Katanya sih Rock, tapi kok merintih gini ya?
(-) Yea, lagu kadang bikin bingung, apalagi klo dibahas
(+) yeap .. bingung, kali memang bukan buat dibahas
(-) Jangan-jangan blues nih, tapi pasti bukan Jazz
(+) Laah, di judul albumnya malah Klasik-Sweet Rock?
(-) Masak sih? Wah lagunya gak jadi asik dah!
  
Ada sumpek, malam pengap dan kenangan 
How I wish .. how I wish you were here 
Aku rindu suara semacam dialog, yg paling kelam 
We're just two lost souls swimming in a fish bowl 
-duke-


Read more...

Sting, Sang Penyengat Musik

Posted: Sabtu, 20 Oktober 2012 by LAGUPEDIA in Label: ,
2

Sebentuk konsistensi dalam berkarya maupun konsekwensi guna memperkaya kualitas, telah dilakoni seorang Gordon Matthew Somner (2 Okt. 1951). Walau sempat merasa lelah bahkan jenuh atas kreativitas yang membutuhkan konsentrasi , iapun memutuskan untuk melongok sejenak kepada khasanah Pop. Pengenduran spiritualisme itu berjudul antologis "Ten Summoner's Tales" sebagai proses pemulihan, tanpa kehilangan nyawa Sting yang kadung telah membesarkannya selama ini. Lewat album penuh canda dalam idiom popular, ia fasih mengisahkan 10 hikayat serta makna, "Apa sih sebetulnya Sting itu?"
Penikmat musik pasti pernah mendengar gema atau bahkan ikut mengalami kejayaan Punk Rock dekade 70-an, melalui gempuran The Clash, Sex Pistols, MO, Dead Kennedy hingga Madness. Serta kemunculan The Police (Juni, 1977) yang awalnya salah memilih jalur Rock, namun malah serba tanggung saat mencoba kompromi sebagai pasukan aliran anti kemapanan. Konsekwensi gantung akibat "terlalu muda di pentas Rock, keliwat tua menjadi Punkers" namun justru menganugerahkan corak yang khas dan "new-sound" buat The Police. Berbekal keunikan format minimalis (hanya tampil bertiga), The Police hijrah ke Amerika untuk pertaruhan kebebasan ekspresi sekaligus mengadu perubahan nasib tingkat dunia. Hasilnya?
 
"Mereka mewarnai musik di ujung abad 20", puji Mick Jagger setelah mendengar lagu Roxanne (Melody Maker Magazine, edisi 1978). "Mereka menciptakan musik, simpel seperti Beatles namun orisinil", tambah Paul McCartney yang juga musisi idola Sting. Yang jelas, corak gado-gado yang dikumandangkan musik The Police telah sanggup menimbulkan julukan baru bernama "New Wave". Aliran yang tidak rumit bagi umumnya persoalan progresi akord juga thema lirik, melainkan universal dalam khasanah musikal global. The Police memasukkan nuansa rakyat Jamaika, tetabuhan Afrika bahkan bau India. Tentu kiat tersebut bukan sekadar faktor keberuntungan, namun kapasitas personal dari tiap kualitas secara lines up skuadron The Police yang benar-benar menguasai peran dan kontribusinya secara optimal.
Sting, musisi yang kentara dalam karakter penulisan lirik maupun cita rasa bunyi. Sebagai komandan The Police, Sting terkesan pe-de sebagai pengatur pasukan. Multi kebisaan ini menular ke layar pentas, saat Sting berperan jadi sosok berandalan di Quadrophenic. Berlanjut ke layar lebar, antara lain pada film fantasi futuristik Dune lewat sutradara David Lynch berdasarkan novel Frank Herbert. Mantan guru TK di St. Paul's Chatolik First School (1974-1976) ini juga tampil bareng Jenifer Beals di film The Bride sebagai adaptasi karya klasik Marry "Frankenstein" Shelley (1935). Namun akting tidak memperoleh prioritas lantaran, "Cuma kepingin anak cucuku kelak bisa mengenang tampang saya, gak hanya mendengar lewat suara musik saja!". Lalu untuk dokumentasi lebih pribadi, Sting membuat film kreatif tentang perenungan, dialog dan bermusik pada sebuah konsernya di Mogador, Afrika 1985 yg bertajuk Bring On The Night.
 
Eksistensi sebagai pekerja seni maupun popularitas telah diraih, maka tiba saatnya untuk memikirkan diri sendiri. Sting melebur pada sebuah klub jazz di New York, melatih suara hati lewat jam session Omar Hakim (Wheater Report), Darryl Jones (Miles Davis Band), Branford Marsalis dan Kenny Kirkland. The Police bubar setelah sempat menerima penghargaan British Phonographic Award untuk album terakhir yakni Synchronicity (Februari 1983). Akumulasi pencaharian Sting lantas dipersembahkan lewat solo album The Dream Of Blue Turttle bertepatan dengan kelahiran Jake, anaknya. "Satu group baru, satu album baru dan satu bayi baru. Ini pasti karunia bertuah", kelakarnya saat konser promo album di Royal Albert Hall London. Dilanjutkan sukses pada proyek berikut yang mulai serius diimbuhi tema politik maupun kesadaran hak azasi di Chili (They Dance Alone), lingkungan hidup (Fragile) dan kisah cinta dibalur keterasingan (Englishman In New York). Judul proyek ini mengutip soneta pujangga William Shakespeare, "My misstres eyes are .. Nothing like the Sun".
 
Kemungkinan ide tersebut dipersembahan bagi sang ibunda, Audrey. Yang wafat akibat kangker, termasuk lewat rintihan pribadi berjudul Lazarus Heart. "Semua telah usai, gak ada lagi derita berkepanjangan buatnya", komentar Sting terhadap kehilangannya. Disusul enam bulan kemudian ayahnda juga menyusul Audrey saat Sting sedang keliling dunia, konser di Marcana Stadium Rio de Janeiro. Akibatnya Sting mengalami proses sensitif dalam sebuah murung panjang. Maka iapun melampiaskan diri pada gerakan Amnesty International serta isu pelestarian hutan tropis. Terutama berkawan dengan Raoni, kepala suku Indian Amazon. Sting belajar banyak tentang realitas, berupa "rasa kehilangan yang tak berdaya".
Gugatan atas keadaan ini disadurkan melalui kreativitas album sakti Soul Cages (Februari 1991). Ada refleksi bagi awal karirnya saat bersama The Police (All This Time), arti kehilangan para sahabat (Island Of Souls), serta dedikasi dalam puisi satire kepada sang ayah. Di saat akhir Sting sempat menggenggam tangan ayahnya yang berkata, "Kepalanmu kini lebih besar dan telah membawa manfaat besar buatmu". Ia menjawab ungkapan itu dengan lagu Why Should I Cry For You. Namun Sting terasa semakin pongah dan membentang jarak pada komunitas pop, juga kecenderungannya semakin individual. Walau demikian, album sengsara ini dianugerahi bintang lima oleh Rolling Stones Magazine dengan komentar, "The most creatur's of Sting, by responsibility from the great musician". Adapun beberapa undangan konser kerap ditolak untuk kepentingan promo album ini, seolah menjadi karya yg "bukan untuk dijual massal".
 
Sting dapat menemukan keseimbangan pasca menikahi Trudie Styler, atris dan produser TV yang telah dipacari 10 tahun dan memberikan tiga anak pada 20 Agustus 1992. Pencerahan yg secara drastis juga dibangun lewat proyek introspeksi Ten Summoner's Tale. Lembaran baru ini ditunjang enam belas musisi yang antusias me-rekonstruksi hikayat tentang Sting. Mereka saling berkomunikasi secara lepas jenaka. Sebagai prolog adalah If I Ever Loose My Faith On You, bercerita tentang Sting yang tumbuh pada segala konflik dan rangkaian ironis. Kemudian essay kampung halaman Field Of Gold, keterlibatannya di lingkungan selebritis It's Probably Me serta romantis-isme yang sumpah mati yahudnya, Shape Of My Heart. Lantas ditutup canda model Inggris, sinis namun elegan, berupa epiloque; "Know Nothing 'Bout Me".
Sting tipikal kaliber seniman berkualitas, musisi berbakat, pemimpin juga sahabat, kecerdasan yang kritis dan penuh humor melalui lirik, serta, "Kehangatan gaya bahasanya begitu menghipnotis", puji Jim Guirenot selaku Vice President of PolyGram. Sting menerima bukan sekadar pujian, melainkan ujian konsistensi. Maka si penderita claustrophobic inipun (ketakutan di ruang sempit tertutup) kembali sibuk dalam perjalanan tur dunia, untuk promosi album yang telah diunggulkan dalam 6 kategori nominasi penghargaan musik Grammy Awards 1994. Ia kembali kepada kehidupan nyata untuk terus bertutur pada khalayaknya, di mana salah satu tujuannya pada Hilton Convention Hall, 5 Februari 1994 di Jakarta. Oh ya, apa sih sebetulnya Sting itu? Lantaran kerap memakai kaos bergaris strip kuning hitam seperti lebah, maka teman band saat kuliah di Warwick University (The Phoenix Jazzmen) pernah sepakat untuk memanggilnya Sting alias penyengat. Bukan pula Stink yg berbau busuk, ataupun jadi "Stinky" yang lain itu.

* Dionisius Endy
-Referensi: Sting, A Biography by Robert Sellers-
(pernah dimuat di Pontianak Post, 31 Januari 1994)


Read more...

Sting Dan Film

Posted: by LAGUPEDIA in Label:
2

Sting, jelaslah musisi. Tapi sebagai aktor layar bioskop? Ternyata ada beberapa judul, termasuk yg berkesan buatku seperti berperan secara antagonis buat film "Dune" (musik filmnya oleh band TOTO), kemudian sbg pencipta mahluk Frankenstein berikut pengantinnya yg diperankan oleh Jennifer "Flashdance" Beals pada film "The Bride". Juga yg mencuri perhatian walau tampil sekilas sbg bartender lewat cult-movie karya Guy Ritchie ketika belum jadi suami Madonna, "Lock, Stock and Two Smoking Barrels". Konon masih banyak kontribusi lainnya tapi pasti terlewatkan olehku.
Bagaimana dgn khususnya lagu Sting yg pernah ikut nangkring di layar lebar serta cukup memberi pengaruh secara signifikan, entah menjadi bagian dari naskah maupun sanggup berperan lebih dalam mempopulerkan filmnya? Pasti lebih banyak, sebangsa akustik It's Probably Me bareng Eric Clapton yg menetralisir aksi laga Lethal Weapon jilid 3. Lalu sbg trio vokalis "All For Love" yg begitu sukses melambungkan karya adaptasi Three Musketeers, juga balada retro "Until .." turut memberi nafas pada naskah dongeng modern Kate & Leopold. Dari kesemua contoh di atas, memiliki kesamaan yakni berupa singel atau lagu Sting yg secara khusus dibuat dan dinyanyikan olehnya bagi film tertentu. Bagaimana dgn lagu Sting yg awalnya hanya bagian pada album studio, kemudian diambil untuk film? Bakal ada kesulitan tersendiri untuk mencatatnya selain perlu lebih mengenal album terutama lagu Sting, tentu saja kudu doyan nonton. Kadang terjadi kejutan bahkan kenangan tersendiri saat di bioskop sedang fokus pada cerita, mendadak terdengar nada lagu apalagi suara penyanyi yg khas ini mengalun, secara sebagian maupun komposisi utuh.
 
Misalnya pada film drama pembunuhan Copycat yg turut diperankan oleh Harry "crooner" Connick, Sting menyesuaikan diri lewat cuplikan Murder By Numbers. Juga menyegarkan serial Bridget Jones khususnya The Edge of Reason ketika Sting menggandeng Annie Lennox berjingkrak "We'll Be Together", begitupun "Every Little Thing She Does Is Magic" dalam format The Police ikut menyemarakkan komedi sihir Bewitched. Nyatanya Sting sanggup hadir di bioskop termasuk di TV. Bahkan hanya mendengar petik gitar "St. Agnes and the Burning Train" yg juga nyelonong jadi bumbu reality show Running Man dari Korea, sanggup menggetarkan walau gak nyambung. Lantas dari sekian catatan dan pengalaman antara keberadaan lagu di dalam film, judul asli milik dan suara Sting mana sajakah yg sanggup memberi kesan khusus buatku? Otomatis "adaptasi bangsad (saking indahnya)" sebangsa "You Were Meant For Me" dari film The Object Of My Affection, gak masuk hitungan. Padahal ketika Gene Kelly pernah menyanyikan sembari berdansa dgn Debbie Reynolds di film Singin' in the Rain, kupikir gak ada lagi yg pantas membawakannya. Tapi Sting memang merubah pendapatku.
 
Baiklah, pilihanku hanya dua dan seimbang. "Shape of my Heart" dari album Ten Summoner's Tales untuk film Leon, The Professional. Naskah kontradiktif yg mempertemukan dunia keras ala lelaki dalam terjemahan polos perempuan kencur diperankan Natalie Portman muda, akhirnya manis ditutup secara kompromis oleh Sting. "I know that diamonds mean money for this art, but that's not the shape of my heart". Simbol harapan dan hidup mekar secara baru melalui kembang pot yg akhirnya ditanam di halaman terbuka, sementara lantunan Shape of my Heart mengiringi adegan sembari terbang melebihi kepungan rindang pepohonan besar mewakili luasnya dunia nyata.
Mathilda: Sebetulnya, apa sih pekerjaanmu?
Leon: Pembersih ..
Mathilda: Maksudmu, pembunuh bayaran?
Leon (segan): Yeaah
Mathilda (berbinar): Cool ..
 
Berikutnya, bukan berarti yg kedua, adalah "Valparaiso" dari album Mercury Falling untuk semi dokumenter White Squall. Tentang sekolah langsung dari laut untuk mengenal nyawa maritim sejati. Sekaligus Sting memperkenalkan makna Valparaiso sbg pelabuhan kapal yg menghadap langsung ke samudera Pasifik di Chile, sering disinggahi pelaut terutama saat badai.
if i should die (jikapun aku mesti mati)
and water's my grave (dan laut jadi kuburanku)
she'll never know if (maka iapun gak perlu tau)
i'm damned or i'm saved (aku celaka ataukah selamat)
see the ghost fly over the sea ('tuk jadi hantu laut)
under the moonlight (bergentayangan di bawah purnama)
there she can safely go (dimana dia akan ku-bimbing)
round the cape horn (hingga selamat berlayar dari ..)
to valparaiso (ujung teluk hingga menuju valparaiso)

Meski visual pada klip Valparaiso bukan berisikan film White Squall melainkan dari cuplikan Master and Commander, namun telah cukup menggambarkan kekuasaan dan bukan kebuasan, alam bernama laut. Sting menterjemahkan lewat lirik yg menyatukan kekuatan alam dan manusianya, menjadi karakter sejati termasuk pada film Leon. Bukan pula kebetulan jika Sting secara elegan sanggup mengiringi kekuatan para lelaki, termasuk saat mereka perlu menangis. Setidaknya demi alasan tersebutlah yg telah memperkuat pilihanku pada dua lagu berikut dua film ini.
Chuck: Aku gak minat jadi diriku lagi seperti yg dulu, I don't want to be what I was when I left.
Shay: What was that?
Chuck: Anonymous, yg gak dikenal, tanpa makna. I've been facing tests in my whole life and I still haven't figured it out.
Dean: Figured what out? Emang mo tampil gimana?
Chuck: Who i am, inilah diriku yg sebenernya kini.
Dean: Are you kidding? I'll tell you who you are .. a glue!
Chuck: Maksudnya?
Dean: Kau adalah 'lem', a glue yg merekatkan everyone around you .. together.
-duke-


Read more...

Lord, Is It Mine?

Posted: Selasa, 18 September 2012 by LAGUPEDIA in Label: , ,
2

I know that there's a reason
Why I need to be alone ..
You show me there's a silent place
That I can call my own, is it mine
Oooh Lord .. is it mine?

Konon dikataken, Roger Hodgson bukanlah pendiri utama Supertramp. Namun ketika band tsb sempat bubar sekaligus Hodgson memutuskan untuk solo karir, telah terdapat beberapa kesepakatan. Diantaranya, bahwa Rick Davies as a founder of the group boleh melanjutkan untuk memakai nama Supertramp, tapi gak boleh lagi membawakan lagu atau seluruh karya Hodgson terutama perorangan dalam bentuk apapun untuk kepentingan Supertramp setelahnya.
Namun kesepakatan tsbt dilanggar secara sepihak. Rick Davies masih membawakan karya Hodgson, entah sbg penulis utama maupun pendamping seperti atas nama Hodgson/Davies (mirip Lennon/McCartney), terutama untuk kepentingan konser Supertramp. Perkara begini yg selalu membuat keributan mereka gak kunjung reda, termasuk awal perpecahan mereka. Persis seperti kemelut sang Abraham/Ibrahim yg namanya selalu disebut tatkala harus memutuskan siapa yg sebetulnya paling berhak mewarisi "Jalur Tuhan", dari sisi kedua anaknya yakni Ishak ataukah Yakub. Terlepas dari keabsahan para tokoh yg selalu disebut sbg "Bapak Segala Bangsa" khususnya bagi penganut Samawi, yang pasti dampak dari figur si bapak malah mewarisi akar perpecahan bahkan bencana.
Supertramp, jelas bukan fiktif, begitupun Davies dan Hodgson. Kolaborasi dan persekutuan mereka telah diabadikan dalam berbagai karya terutama lagu2 indah yg memberi kontribusi bagi kemanusiaan. Namun ego manusia jugalah yg membuat keharmonisan menjadi pecah, sehingga menjadikan segala kesepakatan maupun pemahaman jadi gak indah lagi bahkan bencana. Mirip pemeo, sebuah kesepakatan dibuat untuk mengakomodasi ketidaksepakatan, dan hukum ada karena memang untuk dilanggar. Kemarahan Hodgson memuncak ketika ia dgn sengaja pernah memergoki Davies sedang membawakan karyanya pada sebuah konser Supertramp, sementara Davies bersikeras hanya bermaksud membawakan hits lawas Supertramp atas permintaan fans.

Sebuah lagu favorit dan khusus buat Hodgson adalah berjudul Lord Is It Mine, juga jadi balada hits untuk Supertramp. Salah satu perbedaan mendasar saat pembuatan lagu antara gaya Hodgson dgn cara Davies yg lebih mementingkan harmoni ketimbang lirik, mirip selera McCartney, sementara Hodgson sangat mengutamakan lirik dgn kecenderungan filosofis bahkan spiritual. Namun kolaborasi keduanya terbukti sanggup menghasilkan karya "manis" (catchy) bagi kalangan telinga prog-rock, sehingga merekapun cenderung dikategorikan sbg group pengusung "Art Rock". Maka saat keduanya berpisah, Hodgson masih berdaya merilis beberapa album solo dan sukses membawa ciri Supertramp, sedangkan Supertramp era Davies yg telah diterima kuping Amerika cenderung lebur bernuansa "airplay" yg identik dgn selera Adult Oriented Rock alias menjauh dari format awal yakni Prog Rock.
Personally, I don't know of an "official meaning" being given for this song of Lord Is It Mine. Namun begitu personal bagi Hodgson dan sanggup menjadikannya marah besar ketika dibawakan oleh Davies saat konser Supertramp. Memang gak sampai terjadi fatwa bunuh dan anarkis lainnya, tapi cukup menjadi harga mati saat pernah terjadi wacana bagi Supertramp untuk reuni atau menggabungkan kedua pihak. Maka melihat Hodgson begitu menghayati Lord Is It Mine yg dibawa saat konser solonya, seolah mengklaim sbg pemilik syah balada ini. Sekaligus mengabaikan bahwa ia pernah menciptakan harmoni beikut lirik indah begini, justru saat bergabung atas nama Supertramp. Milik siapa sebetulnya Tuhan, saat umatnya malah saling hajar? Bahkan tega mengabaikan sang Tuhan atas nama tiap ajarannya.
-duke-


Read more...