Look at me ..
I'm as helpless as a kitten up a tree
And I feel like I'm clingin' to a cloud
I can't understand, I get misty
Just holding your hand ..
I'm as helpless as a kitten up a tree
And I feel like I'm clingin' to a cloud
I can't understand, I get misty
Just holding your hand ..
Konon, seorang musisi telah sedemikian jenuhnya. Ia melakukan rangkaian perjalanan panjang, dari panggung ke pertunjukkan lain, ke kota berikutnya serta ke hadapan khalayak selanjutnya. Ia masih bisa menikmati piano berikut tepuk tangan buatnya, namun sekaligus ia mulai kehilangan sensasi sejati. Tujuannya bermusik adalah untuk menghibur dirinya sendiri lalu menghibur orang lain, kini terasa bagaikan pekerjaan. Terlebih sekian lama ia telah konser meninggalkan rumah, sejauh itu pula ia meninggalkan kerinduan pada seseorang yg seharusnya selalu dekat di sampingnya. Ia meninggalkan rumah untuk membawa pulang kebahagiaan, tapi kini seolah ia bahagia meninggalkan rumah. Sesuatu harus dibereskan, dan keputusannya adalah segera pulang ke rumah sebelum kebahagiaan itu lenyap. Kesadaran telah membangunkannya bagai kucing tak berdaya di atas pohon tinggi.
Walk my way ..
And a thousand violins begin to play
Or it might be the sound of your hello
That music I hear, I get misty
The moment you're near ..
And a thousand violins begin to play
Or it might be the sound of your hello
That music I hear, I get misty
The moment you're near ..
Maka saat dalam perjalanan menuju pulang ke rumah, dari angkasa Chicago menuju New York kotanya, wajahnya terpantul di kaca jendela pesawat terbang. Ada kerinduan yg menggapai di baliknya, seraut wajah tersenyum di hamparan sekumpulan awan merekah menyambut fajar. Embun masih menempel serta menimbulkan ilusi di hati, feel like he's clingin' to a cloud .. he get misty, just holding her hand. Kerinduan yg telah terpendam, kini terbit serta melayang di hamparan angkasa keemasan tanpa batas. Lazuardi tanpa batas menimbulkan ilusi tak terjangkau, namun ia tahu pasti akan tujuannya, yaitu Pulang! Ilusi misty dari kabut fajar merekah yg terekam di benaknya, merekam nada dan notasi emosi yg harus dilepaskan. Ia terus menggumankan nada mistis itu hingga ke pelukan istrinya, membawa janji kebahagiaan saat pulang ke rumah. Sampai akhirnya iapun mendapat waktu untuk duduk di piano, terciptalah notasi romantis sekaligus swing merangsang secara kontras. Kelak komposisi itu akan menjadi ilham judul lagu Misty, untuk album terbaru Erroll Garner sang musisi, yg bernama Contrasts (1954).
Can't you see that you're leading me on?
And it's just what I want you to do ..
Don't you notice how hopelessly I'm lost
That's why I'm following you ..
And it's just what I want you to do ..
Don't you notice how hopelessly I'm lost
That's why I'm following you ..
Jika seorang Paul McCartney pernah memiliki balada terkenal Yesterday, yakinlah bahwa lagu itu tercipta setelah Paul mendengar nada Misty. Lagu Misty pula yg membuat seorang biduan muda tak terkenal bernama Johnny Mathis meraih kesuksesan dunia saat membawakan secara vokal di tahun 1959. Ketika Erroll membawakan dan merekam Misty secara instrumental, selanjutnya seorang sahabat bernama Johnny Burke mencoba terjemahkan melalui lirik yg teramat personal. Burke berusaha menyelami dan memahami emosi Erroll, terutama mengekspresikan kisah misty di pesawat.
Maka hadirlah lirik begitu mistis dipenuhi gejolak teramat personal seperti pada pilihan frase : I'm helpless .. I'm clinging ..I can't understand .. I'm lost .. I'm too misty, .. dst. Sebuah nada masterpis sekaligus lirik kejujuran nan telanjang, apa adanya, kerinduan virtuoso berikut bayangan harapan. Adalah pesan universal sekaligus relevan bagi naluri setiap manusia, alasan yg membuat lagu ini telah dinyanyikan beratus artis maupun musisi hingga kini. Andapun bisa meresapi sensasi itu, maka lihatlah ke luar jendela dari pesawatmu. Baik di saat take off ketika meninggalkan rumah, terutama waktu landing menuju pulang. You'll get Misty ..
On my own ..
When I wander through this wonderland alone
Never knowing my right foot from my left
My hat from my glove, I'm too misty
And too much in love, too misty
And too much in love ..
-duke-
When I wander through this wonderland alone
Never knowing my right foot from my left
My hat from my glove, I'm too misty
And too much in love, too misty
And too much in love ..
-duke-
Ketika musafir itu begitu lelah dan jenuh,
akan muncul pikiran yang hakiki, salah satunya
mungkin - di manakah akhir perjalanan ini?
Apakah memang perjalanan ini harus dilakukan?
Bukankah setiap orang mempunyai pilihan?
Apakah dia akan menunggu hingga perjalanan pulang itu
kehilangan segala kerinduan dan maknanya?
Katanya "I'd rather leave when I'm in love.."
Pada dasarnya, jika 2 anak manusia itu lebih menikmati
perjalanan demi perjalanannya masing-masing, mereka
sudah lebih menyerupai manusia solitaire yang tidak
membutuhkan orang lain...