Di Balik Awan

Posted: Minggu, 27 November 2011 by LAGUPEDIA in Label: , ,
3

ku tak selalu berdiri,
terkadang hidup memilukan
jalan yang kulalui,
untuk sekedar bercerita

Bagai belajar mencintai sebuah kerikil .. Sebuah benda kecil, remeh, terlupakan, tapi pungutlah sembarangan di tepi jalan. Masukkan saja ke kantongmu, tanpa praduga maupun negosiasi njelimet. Jadikan ia teman baru saat mengiringimu pulang ke rumah, walau sebuah kerikil. Lalu mandikan serta basuh kerikil itu, sebagaimana ia membutuhkan naungan. Ajaklah pula saat nonton TV, bersama sebagaimana ia dapat berinteraksi. Letakkan di meja untuk mendengar kisahmu, sebagaimana ia sanggup menampung riang dan gelisah. Atau berikan tempat khusus di dekat akuarium, sebagaimana iapun perlu tenang tatkala melihat ikan. Pilihkan pula nama panggilan pribadinya, sebagaimana ia eksist dan akan menanti panggilanmu. Baringkan di sisi bantalmu lalu selimuti, sebagaimana ia juga menjagamu hingga esok pagi. Lalu ajak saat pergi bekerja bahkan ke Mall, sebagaimana iapun akan menemanimu kembali ke rumah .. walau sebuah kerikil.
tempatku melihat di balik awan
aku melihat di balik hujan
tempatku terdiam, tempat bertahan
aku terdiam di balik hujan

Mencintai itu, kadang tanpa harus repot mencari.
Mencintai itu, kadang boleh mengalir bagai sekejap.
Mencintai itu, kadang tak perlu argumentasi ribet.
Mencintai itu, kadang indah di dalam apa adanya.
Mencintai itu, kadang bisa mengingkari perhitungan.
Mencintai itu, kadang sanggup menjawab kebimbangan.
Mencintai itu, kadang mengabaikan segala pamrih.
Mencintai .. nyata adalah persoalan diri sendiri.

apa yang kuberikan
tak pernah jadi kehidupan
semua yang kuinginkan
menjauh dari kehidupan
Tak harus belajar dari mitos Raja Midas dari Phyrgia, entah pasca bertemu dewa Dyonisius ataupun dewa Bacchus, untuk belajar cara mencintai dan menikmati keindahan pemahaman "apa adanya". Sehingga tak lagi perlu repot untuk mencuci tangan di Sungai Pactolus. Dan entah kapan dimulainya, mungkin saat aku pernah bertemu pengamen di Banjarmasin. Atau seminggu kemudian waktu nginap di Pekanbaru, aku sempat melihat klip satu lagu asing di hotel. Lalu berulang sewaktu nongkrong sendirian di BSD Junction Serpong, ada band performance yg kembali membawakan lagu asing yg sama. Hingga akhirnya tadi sore saat menemani tamu dari Irjen Monev (Monitoring-Evaluasi), mendadak sayup terdengar alunan lagu dari kafe Galaherang di Pontianak. Kemudian akupun paham, semua lagu asing itu menyanyikan satu judul yg sama, "Di Balik Awan". Tanpa aku pernah tertarik mencari tahu maupun berkehendak penasaran seperti obsesi sang Raja Midas.
tempatku melihat di balik awan
aku melihat di balik hujan
tempatku terdiam, tempat bertahan
aku terdiam di balik hujan
Terhadap segala deja vu itupun lantas membuatku penasaran mencari lagu "Di Balik Awan". Gak susah karena tinggal berkunjung ke ruang kantor di sebelah, pasti ada di tiap folder komputer. Kemudian googling liriknya, cari di Utube, dan .. lagu yg kini kuputar lebih dari 10x. Ternyata band Peterpan lumayan beken, termasuk kisah dan gosip yg berhubungan langsung dgn musik maupun skandal gak nyambung ala seleb.
Konon sebelum lagu ini diluncurkan, sesama awak Peterpan sempat kisruh hingga fatal mengakibatkan perpecahan personilnya. Adapun perhatianku tetap hanya tertuju, apakah lagu inipun telah merekam beberapa peristiwa kutuk sekaligus antisipasi bencana akibat segala karma hingga uneg2 sang pencipta lagunya?
ku tak selalu berdiri,
terkadang hidup memilukan
Serta ungkapan khas seorang kapasitas a leader (and founder) of the band:
apa yang kuberikan
tak pernah jadi kehidupan
Belum lagi skandal personalnya, rumah tangga berantakan, seperti santapan infotainment:
semua yang kuinginkan
menjauh dari kehidupan
Sehingga ia memutuskan untuk memilih mengalah, seperti Raja Midas yg sanggup memperoleh kembali kewarasannya lalu membilas sekaligus melunturkan kemampuan yg semula dikiranya berkat:
tempatku melihat di balik awan
aku melihat di balik hujan
Lantas iapun pergi, hilang menjauh, mengurung diri, sembari mengamati saja dari balik hujan serta berlindung di ketinggian awan. Mungkin ia boleh berserah sembari membiarkan rasa penasaran itu menyiksanya, "Apakah bakal ada airmata untuknya?"
tempatku terdiam, tempat bertahan
aku terdiam di balik hujan
Well .. mungkin juga ia akan mulai belajar, untuk dapat mencintai sebuah kerikil. Sebuah benda kecil, remeh, terlupakan, tapi pungut sajalah dan masukkan ke kantong. Sembari jadikan ia teman baru seperjalanan ke rumah abadi. Walau hal itupun berarti kematian .. sekaligus SELESAI!
-duke-

3 komentar:

  1. Anonim says:

    Kematian adalah hidup yang kekal sehingga tidak heran ada yang menikmatinya, memilih menghindar dari kehidupan nyata yang memaknai hidup itu sendiri, memilih hidup yang memberikan keegoisan hidup pribadi dan diri sendiri.Orang seperti itu bisa dilihat, apakah dia mempunyai kehidupan yang sebenarnya selain dari fans, orang sekantor yang memaknai hidupnya karena profesi.Selebihnya, bukan hanya keluarga inti, keluarga besarnya pun tidak mampu mengenalinya.Jadi tidak heran, jika dia memilih memiara kerikil daripada hidup dengan keluarganya.

  1. Anonim says:

    slalu suka dg lagu ini

  1. Anonim says:

    cakep banget! mestinya ariel baca tulisan ini.

    saya menyukai ketika peterpan pecah dan mengeluarkan album ini. album ini sangat matang dan dewasa banget. salah satu track lagu di xperia gw bulan ini.

    ketika mas Menulis The Weather is Fine, maka ini adalah versi indonesianya. sangat balad, dan cool!

    dion malau