Kalpataru Dan Rollies

Posted: Minggu, 08 Januari 2012 by LAGUPEDIA in Label: , , , , , , ,
3

panas nian kemarau ini
rumput-rumputpun merintih sedih
rebah tak berdaya diterik sang surya
bagaikan dalam neraka ..

Lagupedia masih mengajak berkubang di atmosfir seputaran era 70-80an. Ingat salah satu acara TVRI bertajuk Kalpataru yg dipandu duet Kris Biantoro dan Koeshendratmo, lalu berkutat hanya pada isu lingkungan hidup? Biasanya selain ekspose tentang aneka persoalan lingkungan dalam bentuk features khas corong pemerintah, juga profil tokohnya yg dianggap berhasil. Kaidah "expedition" masih belum tergambar dalam tayangan Kalpataru, mungkin aspek documentary films belum jadi trend selain faktor "one and only" media TV kala itu. Meski belum sekelas National Geographic namun program Kalpataru boleh dianggap terobosan sekaligus telah dianggap segmented terutama lewat ciri khas yg selalu membuka acara. Berupa theme song teramat cathy, malah kini lebih terkenal dan memorable ketimbang acaranya yakni "Kemarau" yg dilantunkan kelompok New Rollies. Kaitan apa gerangan Kalpataru, tembang Kemarau, dan band Rollies?
Medio 1977, musisi Oetje F Tekol sedang dalam perjalanan dari Bandung tempat kelahirannya, menuju ke Jakarta. Naluri seninya tersentak demi melihat panorama tanah Parahyangan nan hijau asri namun mulai dikepung pembangunan, lantas dikaitkan dgn pemberitaan pembalakan yg makin marak di persada pertiwi. Oetje mungkin bukanlah konservatoris namun cukup peka untuk menggali kreatifitas berdasarkan realitas lewat caranya, meracik draft dalam komposisi bernuansa country. Iapun menawarkan konsep lagunya kepada group barunya The Rollies, dimana Oetje menggantikan sang pendiri Deddy Sutansjah yg di tahun 1974 bergabung dgn God Bless. Ternyata aransemen Kemarau dianggap "aneh" lantaran melenceng dari gaya musik mereka yg cenderung keras, serta lirik nuansa alam lebih identik dgn trade mark Bimbo. Padahal The Rollies baru mendapatkan prestasi berupa kontrak dgn perusahaan popular Musica yg membebaskannya berkreasi, sekaligus ganti identitas sbg New Rollies melalui album Keadilan yg idealis tapi jeblok di pasaran. Kondisi ini berdampak perubahan total pada album kedua di tahun yg sama, termasuk awak New Rollies bersepakat untuk lebih "membuka diri" terhadap karya musisi luar demi pakem industri.

Maka meluncurlah album Dansa Yok Dansa berikut lagu karya Titiek Puspa yg sungguh mengkhalayak, termasuk mengadaptasi Lembah Biru milik A. Riyanto yg sebelumnya pernah dipopulerkan Andi Meriem Mattalatta. New Rollies meroket popular, ironisnya sang "jenderal musik" Benny Likumahuwa gak terlibat lagi karena menolak adanya dominasi komersil. Didiet Maruto bergabung untuk posisi trumpet yg biasanya dipegang vokalis Gito, juga Jimmie Manoppo ex drummer The Steel milik Krakatau Steel yg direkomendasikan Benny. Serta lagi2 draft Kemarau kembali ditolak termasuk di album berikutnya, Bimbi plus embel2 "Volume 3". Khasanah album musik Indonesia pernah marak lewat identitas "volume" yg bermakna urutan produksi, namun untuk New Rollies jadi gak jelas mana yg urutan volume kesatu dan kedua. Jika kesepakatan dgn peremak Musica sbg indikatornya, maka album Keadilan boleh disebut "Volume 1". Serta pamor Titiek Puspa turut menjulang sekaligus mendominasi Rollies versi baru berikut rhythm section yg semarak, tapi Oetje gak terlampau kecewa lantaran karyanya Hari Hari beraroma Just You And Me milik Chicago turut menjadi hits. Juga salah satu signature album Bimbi berikut jati diri Bangun Soegito Toekiman sbg vokalis papan atas adalah hits Hanya Bila Haus Di Padang Tandus karya Johannes Purba.
Tibalah akhirnya kisah Kemarau naik tayang di album berikutnya tahun 1979, dua tahun setelah diotak atik serta disesuaikan dalam format khas New Rollies. Bergaya funky ditunjang brass section mengiringi vokal melengking Delly Joko Arifin, lagu yg malah dijadikan judul album volume keempat meski andalan sebelumnya adalah balada Kau Yang Kusayang karangan Anto. Nyatanya Kemarau sanggup mengangkat New Rollies makin berkibar secara komersil, terutama kontribusi yg termasuk langka bagi kelompok musik hingar bingar Indonesia adalah berupa pengakuan khusus dari pemerintah. Pada 5 Juni 1979 yg sekaligus telah ditetapkan sbg Hari Lingkungan Hidup Sedunia, pemerintah Indonesia memulai progam tahunan berupa Anugerah Kalpataru. Juga pada tanggal tersebut menjadi catatan penting bagi New Rollies, lagu Kemarau ditetapkan menerima penghargaan Kalpataru melalui Prof. Dr. Emil Salim selaku Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg PPLH pada Kabinet Pembangunan III 1978-1983). Meski ajang ini secara resmi baru ditetapkan pada tahun 1980 serta belum terdapat kategorisasi penerima Kalpataru, New Rollies melalui Kemarau telah menggoreskan tinta emas mewakili pendekar musik dalam kiprah lingkungan hidup pertiwi. Pengakuan yg selanjutnya diaktualisasikan lewat lagu Kemarau sbg duta Kalpataru, antara lain seperti dikisahkan pada awal tulisan adalah menjadi bagian pada program TVRI.
Term Kalpataru berasal dari bahasa Sansekerta, Kalpavriksha yg berarti pohon kehidupan yakni jenis tumbuhan survival yg sanggup bertahan dalam keadaan ekstrim. Identitas Kalpataru lekat dgn Indonesia seperti terpateri pada relief candi Mendut sbg simbol pemelihara ekosistim dan kehidupan. Di dalam pewayangan, Kalpataru dilambangkan lewat gunungan berupa figur pohon besar menanungi bunga teratai serta dikawal dua sosok manusia setengah burung. Motif Kalpataru identik dgn lingkungan hidup di Indonesia, diyakini pertama kali digunakan sbg sampul buku "Kualitas Lingkungan Hidup" terbitan 1979. Selanjutnya menjadi simbol negara c.q Kementerian Lingkungan Hidup hingga sekarang, serta Kalpataru merupakan penghargaan yg diberikan kepada perorangan atau kelompok atas jasa melestarikan lingkungan hidup di Indonesia. Anugerah Kalpataru berupa lambang terbuat dari pahatan perunggu seberat 30 gram berlapis emas 28 karat, resmi mulai diberikan setiap tahun sejak 1980.
Catatan ini bukan sedang mempertanyaan apakah New Rollies sesungguhnya telah menerima lambang pahatan perunggu dimaksud, tapi mungkin kelak saya konfirmasi secara pribadi kepada pak Emil Salim via jalur PERWAKU (Perhimpunan Cendekiawan Lingkungan Indonesia). Setidaknya telah jelas memang terdapat kaitan erat antara Kalpataru dan New Rollies melalui lagu Kemarau, serta akan terus lestari sebagaimana peran vital lingkungan hidup. Nyata walau The Rollies maupun New Rollies telah ditinggalkan para pendiri yakni alm. Deddy "Stanzah" Sutansyah dan Iwan Krisnawan, maupun pendekarnya Delly Joko Arifin dan Bangun Sugito, duta Kalpataru ini tercatat sbg rombongan pemusik yg gak pernah bubar, sustain hingga kini.
curah hujan yang dinanti-nanti
tiada juga datang menitik
kering dan gersang menerpa bumi
yang panas bagai dalam neraka
mengapa .. mengapa hutanku hilang
dan tak pernah tumbuh lagi?
Diskografi :
The Rollies - The Rollies (Phillips, 1968)
Halo Bandung - The Rollies (Philips, 1969)
Let's Start Again - The Rollies (Remaco, 1971)
Bad News - The Rollies (Remaco, 1972)
Sign Of Love - The Rollies (Purnama Record, 1973)
Live In TIM - The Rollies (Hidayat Audio, 1976)
Tiada Kusangka - The Rollies (Hidayat Audio, 1976)
K e a d i l a n - New Rollies (Musica Studios, 1977)
Dansa Yok Dansa - New Rollies (Musica Studios, 1977)
B i m b i (Vol. 3) - New Rollies (Musica Studios, 1978)
Kemarau (Vol. 4) - New Rollies (Musica Studios, 1978)
K e r i n d u a n - New Rollies (Musica Studios, 1979)
P e r t a n d a - New Rollies (Musica Studios, 1979)
Rollies'83 : Mabuk Cinta - Rollies (Sokha, 1983)
Rollies : A s t u t i - Rollies (Sokha, 1984)
Rollies'86 : Problema - Rollies (Sokha, 1986)
Rollies : Iya 'Kan ? - Rollies (Sokha, 1990)
New Rollies'97 - New Rollies (Musica Studio, 1997)
-duke-

3 komentar:

  1. asriadi says:

    malah semakin banyak orang rakus, hutan digundulin dan sekarang malah tambang ke dasar bumi...

  1. derry says:

    Rollies gak akan bisa bubar, karena pendiri dan tokohnya udah pada meninggal :)

  1. Frank says:

    Pendiri Rollies yg meninggal terakhir adalah T Z Iskandar pada 24 Maret 2019 yang lalu... The Rollies akan dilanjutkan terus karena masih ada Oetje F Tekol Jimmie Manopo Didiet Maruto Benny Likumahua ditemani Masri AP Hendro Wawan Talagalos Alfred Ayal Marthen L
    Abadi Soesman & Nyong Anggoman