Zembilan Zeppelin

Posted: Sabtu, 14 April 2012 by LAGUPEDIA in Label: , , , ,
3

Jika Chuck Berry dan Little Richard dianggap ayah kandung dan bidan yg melahirkan musik tiga jurus Rock'n'Roll serta membesarkan sang raja Elvis Presley, kemudian The Beatles mengawinkan dalam format British sbg cikal Rock secara popular, maka Led Zeppelin boleh dituduh perintis sebutan lain yg lebih "berat" berupa Heavy Metal. Terminologi yg mungkin gak disadari bahkan dikenal oleh keempat personilnya lewat gebrakan 9 album studio dan satu album konser resmi sepanjang 11 tahun saja, namun berdampak signifikan bagi referensi musik cadas berikut pengaruhnya hingga kini. Inilah salah satu rangkuman tersingkat sekaligus tersulit dari kumpulan solid yg hanya dibubarkan oleh kematian namun berdampak keabadian.
1. Led Zeppelin I (1969):
Merupakan debut yg berlangsung sejak Oktober 1968 di Olympic Studio London, namun secara teknis hanya menjalani waktu 9 hari rekaman berikut finishing. Dalam format akustik dgn improvisasi sbg "hasil kencan penjajagan di akhir musim panas" antara Pagey dgn Percy diselingi lantunan musik Elvis hingga Joan Baez, terbitlah Babe I'm Gonna Leave You mengawali 8 variasi berikutnya yg sering digelar album "The New Yardbirds". Zepp langsung meletakkan pondasinya lewat You Shook Me dan favoritku I Can't Quit You Baby atas pengaruh blueser Willie Dixon dipermak secara garang (hard), juga balada How Many More Times dari interpretasi How Many More Years (1951) milik legenda Howlin' Wolf. Jangan lewatkan Dazed And Confused karya Pagey yg telah sering dibawakan bareng Jonesy saat di Yardbirds, kini dlm edisi gesek senar gitar Gibson pake bow (penggesek biola) berdurasi 6.27 mnt namun bisa melar nyaris 30 mnt saat konser, atau versi BBC in Session sekitar 20 mnt. Desain kovernya asik dan informatif, karya Chris Dreja sbg "mantan" personil Zepp yg alih profesi sbg fotografer berupa balon Zeppelin yg meledak di Hindenburg.
2. Led Zeppelin II (1969):
Kesuksesan album pertama disusul kesibukan konser hingga ke daratan Amerika membuat Zepp menghabiskan waktu di pentas, kamar hotel dan jalanan. Berbagai kisah dan ilham terjadi sekaligus materi album yg langsung direkam di tiga kota Los Angeles, New York kemudian mudik ke London. Pilihan kover masih nyambung dgn edisi awal berupa silhouette pasukan tempur membelakangi balon Zepellin berjulukan The Brown Bomber, mewakili 9 lagu yg kubagi dalam 3 interpretasi personal pada liriknya:
a. Atribut bagi Blues klasik, melalui spirit What Is And What Should Never Be adalah ritual Zepp terhadap leluhur Blues menuju Jazz dipandu Bonham berdansa Combo dgn stick-brush. Sementara Percy meneriakkan frase favoritnya You Need Loooove .. meniru gaya Steve Marriott menjadi Whole Lotta Love namun ternyata sepenggal lirik sakti itu milik Willie Dixon. Secara musikal kuanggap Whola Lotta Love memberi pengaruh pada lagu eksperimen studio semacam Get Down Make Love milik The Queen namun dalam versi overdub yg otomatis sulit diperagakan saat konser. Sebaliknya Zepp enteng mengumbar Whola Lotta Love di tiap pentas, seperti improvisasi lirik Pagey saat membedah frase "squeeze (my lemon) 'til the juice runs down my leg" milik Robert Johnson menjadi Lemon Song.

b. Kisah para wanita (grupies?), Percy secara spesifik mengisahkan the song talks about woman who married for money (gold-diggers = prostitute? ngupil?). Pada lirik rancak Living Loving Maid (She's Just A Woman) berteriak:
Alimony, alimony .. payin' your bills,
Livin', lovin' .. she's just a woman
Berikut ungkapan simbolik as a Heartbreaker (or Man-eater?):
Hey fellas, have you heard the news?
You know that Annie's back in town?
It won't take long just watch and see
How the fellas lay their money down ..
Cukup dua lagu yg bisa diulas panjang, misalnya istilah Alimony bermakna divorce sbg gaya hidup bahkan menyindir status 'nikah' sbg alternatif profesi atau alibi untuk bercerai kemudian jadi piaraan?
c. Hubungan Zepp dgn karya Tolkien khususnya The Lord of the Ring, cobalah lirik semi akustik Ramble On:
Mine's a tale that can't be told, my freedom I hold dear
How years ago in days of old, when magic filled the air
T'was in the darkest depths of Mordor, I met a girl so fair
But Gollum and the evil one crept up, slipped away with her
Beberapa resensi menegaskan keterkaitan dgn epik The Return of the King terutama tokoh Frodo yg mendadak menginginkan cincin sbg miliknya (kiasan: a girl so fair). Namun Gollum merebut dan menggigit jari Frodo kemudian terlepas jatuh ke Mount Doom. "But Gollum and the evil one crept up and slipped away with her", dualisme tabiat manusia serupa Gollum yg tunduk pada Frodo serta Gandalf dan Aragon sekaligus tergiur bujukan Sauron. Zepp telah menterjemahkan dalam konteks kesatuan sebuah jati diri band, adalah perkara komitmen.
3. Led Zeppelin III (1970):
Dikemas ala Unplugged mendahului trend, dikerjakan di Wales saat duo Pagey - Percy vacancy berbekal gitar akustik. Hasilnya 10 lagu beragam variasi, unsur gothic alias dark tapi bukan teatrikal Black Sabath berjudul Friends, aroma Country-Bluegrass dilengkapi Banjo mengiringi Gallows Pole. Terdapat pula nama satu sahabat, juga rekan ngumpul personil Pink Floyd, didedikasikan sbg judul yakni Hats Off To (Roy) Harper. Secara jujur aku belum paham kisah dibaliknya maupun kontribusi Harper terhadap Zepp. Kemudian balada Thats The Way yg awalnya berjudul The Boy Next Door (referring to the lyric, "my friend the boy next door"), Pagey melantunkan dawai akustik 12 senar ditemani tamborin Bonham. Serta biang blues andalanku adalah Since I've Been Loving You, plus derap Imigrant Song bagai penaklukan yg boleh kuterjemahkan sbg "anthem gerakan transmigrasi".
4. Album tanpa judul
(Z.O.S.O, atau Led Zeppelin IV, 1971):
Pagey risih ketiga albumnya dianggap imitator Blues yg hanya diberi sentuhan Rock serta masih dibayangi Yardbirds. "Kami ditertawakan di Inggris, mereka sukar menerima hal baru. Yang selalu diharapkan adalah The New Yardbirds, bukan Led Zeppelin, cetus Pagey. Iapun ngotot memaksa pihak manajemen Atlantic Record untuk melepaskan segala atribut Zepp termasuk merilis album tanpa judul, bertaruh apakah pendengarnya dapat menilai lebih objektif sekaligus mengenali cirinya. Pagey hanya memberi "tanda" berupa kode khusus yg dianggap bernuansa okultism maupun astrologi. Z.O.S.O secara simbol kimia dapat bermakna Mercury, namun tepatnya berupa inisial tiap personal. Kode "Z" untuk Pagey mewakili astrologi kelahiran 9 Januari yakni Saturn. "O" untuk Jonesy adalah lingkaran dgn tiga oval (vesica pisces), simbol percaya diri. Sedangkan "O" berikutnya milik Bozo berupa 3 bulatan kecil mirip perangkat drum merupakan simbol man-wife-children. Percy mendesain simbol sendiri berbentuk lingkaran dibelah bulu burung (vertikal) sehingga berbentuk "S", konon lambang keseimbangan dari budaya Mu (Aztek?) purba dan telah punah.

Pertaruhan Z.O.S.O langsung digedor lewat hentakan pembuka Black Dog, sebuah introduksi yg menegaskan album tanpa judul dan tanpa nama pembawanya kecuali fakta telah menjadi masterpiece hard rock sekaligus embrio heavy metal. Gemuruh Black Dog begitu garang dan lantang untuk memaksa pendengar berguman, "Oh, ini pasti .. Led Zeppelin!", padahal berangkat dari ide sederhana ketika seekor anjing hitam mondar-mandir di studio bahkan tidur di pojokan saat rekaman. Ada dugaan menambahkan bahwa Percy memberi judul Anjing Hitam karena pernah membaca kisah Sir Winston Churchill saat dirawat akibat depresi lantas mengoceh, "Dark mood as the *black dog*". Namun yg dianggap sbg signature album bahkan salah satu trade mark Zepp, anthem Stairway To Heaven yg uniknya gak pernah nangkring di tangga lagu popular Billboard versi UK maupun US. Walau demikian mirip anggur yg semakin ranum (vintage), nyaris gak ada penggemar Rock yg belum pernah mendengar Tangga ke Surga berikut kontroversinya. Konon pada bait liriknya merupakan mantera yg dilafalkan melalui manipulasi rekam "backward masking technique" alias rekaman secara terbalik, lewat campur tangan Aleister Crowley selaku Disc Jockey maupun "guru spiritual" Pagey. Album inipun masih berkutat pada tema Tolkien seperti The Battle of Evermore serta Misty Mountain Hop, sekaligus memproklamirkan nada dasar Rock and Roll seolah mengejek kritisi yg menilai Zepp tak dapat lepas dari romantisisme era Blues hingga gempita Rockablilly. Inilah album tanpa judul dan tanpa nama namun begitu jelas khas Led Zeppelin.
5. Houses Of The Holy (1973):
Pasca "lulus ujian" melalui Z.O.S.O, the Zepp mulai menikmati kesuksesan dan menurunkan tensi melalui album yg mulai kompromi dgn selera pasar. Percy sempat mengusulkan nama album Burn That Candle untuk memuat 8 lagu, namun mereka sepakat memakai istilah "tempat bernaung keramat" sbg dedikasikan bagi para fans yg selalu memenuhi konsernya. Album inipun melanjutkan tradisi tanpa nama tapi sudah memiliki judul, sekaligus rekaman pertama yg memuat semua lagu karya sendiri dgn berbagai corak. Over The Hills And Far Away tetap meneruskan tradisi balada akustik tentu dgn aroma Tolkien, The Crunge begitu Funky bergaya James Brown ditingkahi kocokan Pagey lewat Fender Stratocaster pengganti horn section. The Rain Song penuh progresi chord unik memperkuat lagu pembuka The Song Remains The Same nan riang tentang perjalanan hingga ke Asia versi Percy:
I had a dream .. crazy dream, anything
I wanted to know, any place I needed to go
California sunlight, sweet Calcutta rain
Honolulu starbright .. the song remains the same
Album riang dan santai bersahabat bergaya Rastafarian sehingga diperkuat aroma Reggae berjudul unik, D'yer Mak'er yg dibaca "dier maker" ataupun "dear maker". Khabarnya judul yg gak ada urusan dgn Jamaika ini malah merupakan "slang words" (comes from Old British pub joke) untuk kelakar rada mesum, "Did you make her?"
6. Physical Graffiti (1975):
Akibat tur panjang berikut suntuk luar biasa, sempat merenggangkan hubungan antar personal Zepp. Bagi sipendiam Jonesy yg tipikal orang rumahan, jadwal ketat sempat menggodanya untuk pensiun dini, "Aku tersiksa saat tur dan gak bisa pulang. Dulu aku banyak waktu, tapi gak punya uang. Sekarang aku banyak uang, tapi gak punya waktu". Beragam kemelut mulai mampir termasuk menunda peluncuran album keenam dgn 9 lagu di 1974 akibat sulitnya mengedit durasi materi. Akhirnya dipilih untuk menyisipkan beberapa lagu lama seperti Bron-Yr-Aur maupun Boogie with Stu, sehingga terkumpul 15 lagu dan dijadikan format album ganda (double LPs). Boogie With Stu merupakan jam session tahun 1971 ketika Ian Stewart, mantan manager sekaligus pianis Rolling Stones, pernah nimbrung diiringi mandolin Pagey serta Percy memetik gitar. Lagu iseng yg diperuntukkan buat Mrs. Valens alias ibunya Ritchie "La Bamba" Valens saat Percy mendengar cerita bahwa sang anak gak pernah ngasih duit buat ibunya. Sementara Houses Of The Holy yg mestinya tampil di rekaman sebelumnya sekaligus judul album kelima, akhirnya muncul secara riang. Custard Pie mirip nama makanan, padahal selera humor Percy untuk istilah dewasa bermakna "cunnilingus" (paham kan?). Nuansa Motown turut hadir lewat Trampled Underfoot mengingatkan racikan Superstition ala Stevie Wonder atau petualangan Long Train Running bergaya Doobie Brothers. Album secara konsep maupun komersil yg dianggap lebih berhasil dari proyek House Of The Holy akhirnya ditandai fenomena orkestra Kashmir nan dahsyat, ditunjang desain cover berupa bangunan simetris serta pilihan nama dari sebuah butik di basement kawasan New York.
7. Presence (1976):
Sebuah introspeksi personal khususnya bagi Percy yg berkursi roda pasca kecelakaan, sekaligus kontemplatif penuh suasana muram. Direkam hanya 3 minggu di sebuah basement hotel di Munich (Jerman) yg agaknya menambah derita Percy mesti turun naik dan diperparah kondisinya sbg penderita claustropobia. Suasana yg mendukung aroma depresi beginilah mungkin mengeksploitasi emosi Percy kemudian diterjemahkan lewat musikal Pagey lewat dominasi gitar elektrik. Selera keseluruhan jadi berbeda dgn kiblat dua album sebelumnya, rada gak "kuping-able" (catchy) namun tetap mencekam pada lagu Achilles Last Stand. Lagu ini dianggap "penyelamat reputasi album", karena materi dari rekaman ini tercatat paling sedikit ditampilkan saat pentas. Kisah sang Achilles telah kutulis secara tersendiri.
8. In Through The Out Door (1979):
Dengan berbagai alasan penundaan serta strategi penyesuaian yg melelahkan, peluncuran album menandai fase stagnan terpanjang. The Zepp memasuki perubahan global trend musik dan selera pasar, dentum Disco merubah altar konser menjadi arena jojing serta ideologi Punk secara lugas memangkas lagu nan rumit dan panjang. The Zepp bersama Deep Purple mendadak usang dan kusam mewakili generasi dan atribut 60an, situasi yg membangunkan si pendiam Jonesy untuk mendominasi hampir keseluruhan 7 aransemen materi. Pagey mengimbuhkan secara khas "army of guitar" lewat over-dub di studio pribadinya di London hingga finishing di Swedia guna menghindari pajak. The Zepp tetap memelihara ciri sakral pada In the Evening, sekaligus siap bertransformasi lewat variasi keyboard seperti Fool In The Rain. Jika aroma Samba terdengar pada Carouselambra, lantara Percy terkesan setelah mereka nonton ajang piala dunia sepakbola yg berlangsung di Argentina 1978. Jonesy berkesempatan menegaskan selera New Wave tanpa meninggalkan identitas Hard Rock melalui format Airplay pada rayuan All My Love.
9. C.O.D.A (1982):
Coda adalah penutup, a passage that ends a musical piece. Coda memang akhir kisah berupa album yg gak pernah direncanakan sebelumnya, sekaligus kematian the Zepp. Berawal peristiwa dramatis di kamar kediaman Pagey, The Old Mill House 25 Sept'80, Jonesy mendapati Bozo Bonham kaku tak bernyawa menjelang tengah malam pada usia 30 tahun. Maka rencana tour ke Kanada ditunda, kemudian Pagey berkomentar singkat, "We could not continue as we were". Tidak pernah ada lagi Led Zeppelin, Bonham tak tergantikan. Selama dua tahun mereka membisu namun dunia seolah mengingkari keputusan bubar, terutama maraknya rekaman gelap berupa bootleg. Maka pihak manajemen membuat kompilasi khusus berupa 8 materi rekaman tahun 1969 hingga 1978 termasuk dari panggung London's Royal Albert Hall 1970 seperti I Cant Quit You Baby maupun We're Gonna Groove. Tanpa perlu promosi gencar juga konser, warisan pamungkas inipun tuntas diserbu serta masih sanggup mencapai rating terpopular di US maupun AS sekaligus merangkul fans baru. Sesungguhnya Led Zeppelin memang gak pernah mati, terlebih Bonham bukanlah pembunuh .. (*)

3 komentar:

  1. Anonim says:

    Sing loud for the sunshine, pray hard for the rain.

  1. Anonim says:

    very like this

  1. Anonim says:

    Love this ended of words :)