Shock the Monkey

Posted: Kamis, 09 Agustus 2012 by LAGUPEDIA in Label: ,
1

Cover me .. when I run
Cover me .. through the fire
Something knocked me out' the trees
Now I'm on my knees ..
Cover me, darling please
Monkey, monkey, monkey, don't you know
When you're going to shock the monkey
Jika anda terlibat dalam sebuah kelompok bahkan berperan sebagai pendirinya, otomatis termasuk kategori pemimpinnya. Apakah lantas rela meninggalkan secara normal terlebih disaat kelompok tsb mulai menuai sukses serta terkenal? Pertanyaan yg umumnya jadi misteri bagi sebahagian fans Genesis, saat mereka menerima fakta ditinggalkan Anthony "Ant" Phillips yg terutama disusul Peter Gabriel. Ibarat from Genesis to Revelation, adalah wahyu sepeninggalnya Ant Phillips melalui warisan The Fountain Of Salmacis dan The Musical Box untuk album Nursery Cryme. Berkesan ironis ketika Genesis justru mulai menemukan format baku dan kematangan kreativitas berikut kekompakannya, justru dengan bergabungnya Phil Collins dan Steve Hackett.
Formasi Nursery Cryme inilah yg seterusnya melahirkan Foxtrot (1972) kemudian masterpiece Selling England by the Pound (1973), berpuncak lewat konsep The Lamb Lies Down on Broadway (1974). Progres berikut produk yg menguji Peter Gabriel sekaligus mentahbiskannya sbg tonggak sebuah era, sering digelar sbg era klasik Genesis bagi fansnya. Pencapaian seolah mengubur kontribusi Phil Collins yg langsung nyetem dgn perangkat bedug plus latar vokal tanpa minder sbg anggota hasil audisi yg bukan dari kalangan satu sekolah dgn Peter Gabriel cs. Sementara Steve Hackett punya problem tersendiri, selalu merasa sebagai musisi figuran di bawah kharisma Ant Phillips yg baru saja digantikannya. Namun dukungan band menerbitkan keyakinannya untuk lebih total mengeksplorasi kontribusi gitar pada proyek Selling England By The Pound. Duniapun mengakui teknik "tapping electric style" di lagu Dancing With The Moonlit Knight, kemampuan yg kelak dipopulerkan Eddie Van Halen. Maupun "sweep-picking" untuk Firth Of Fifth, juga I Know What I Like, teknik yg juga diteruskan oleh virtuoso gitaris lainnya yakni Yngwie Malmsteen.
Sementara keunikan album The Lamb Lies Down on Broadway adalah proses kreatif tersendiri, sang Gabriel "mohon diijinken" berperan tunggal sbg penulis seluruh liriknya. Ia beralasan ingin membuat sebuah cerita utuh berupa konsep narasi yg dilantunkan sekaligus sutradaranya. Maka secara penggarapan terpisah, kolega lainnya berperan menyelesaikan aspek musikal yg selanjutnya digabungkan pada proses rekaman akhir. Kesepakatan berupa aklamasi kerja yg setidaknya boleh menghasilkan dua perkara. Pertama, pengakuan terhadap mahakarya dan kesuksesan album The Lamb Lies Down on Broadway, dianggap milestone Genesis termasuk bukti kesaktian Peter Gabriel. Kedua, metode kolektif yg dalam teori organisasi disebut "professional bureaucracy" telah berjalan mulus di tubuh Genesis. Yakni prinsip kebersamaan di atas segalanya, namun perlu support dari ketrampilan terutama kontribusi aktif milik setiap anggota di dalam kegiatan inti. Sekaligus menjelaskan bahwa Genesis adalah milik bersama dan semua anggota adalah pemimpin bak komisaris.

Namun metode inipun berpotensi dilematis, atas dasar ala demokrasi bisa mengijinkan anggotanya keluar demi alasan gak ingin merusak kebersamaan akibat perbedaan kontribusi. Itulah yg terjadi ketika Gabriel pulang setelah merenung di Solsbury Hill (in Somerset), juga masalah kelahiran anak pertama, ia lantas mengumumkan pengunduran diri di saat konser The Lamb. Sementara Hackett ikut menyusul keluar tapi lebih akibat persoalan prinsip, yakni idenya untuk mengundang musisi tamu semacam orkestra ala Procol Harum, telah ditolak. Namun masih mengandalkan philosofi "professional bureaucracy", Genesis memilih terus bertahan bahkan mencapai popularitas kadar tertentu (parameter komersial?) sepeninggal Gabriel (1975) dan Hackett (1978). Trio sisa Genesispun menggelar album sekaligus memproklamirkan pahamnya, And Then There Were Three (1978) berikut hits chart perdana Follow You, Follow Me. Sekaligus terbentuklah wacana usang dua kubu, yakni era Genesis klasik berselera Peter Gabriel dan era Genesis popular bersama Phil Collins.
Adapun Peter Gabriel gak perlu galau mengeluarkan empat album solo tanpa judul (eponymus album, seperti ZOSO bagi Led Zeppelin), namun para fans lebih menyebut sbg Car (1977), Scratch (1978), Melt (1980), dan Security (1982). Khusus di album ke empat, pertama kalinya Gabriel memaksimalkan aspek digital secara keseluruhan termasuk penggunaan instrumen elektronikal seperti sampler. Sementara tema lagu lebih beragam namun kental nuansa humanis seperti San Jacinto tentang tergusurnya generasi Indian ditindas modernisasi, The Family and the Fishing Net berkisah voodoo yg masih saja membudaya, Wallflower adalah anthem untuk pejuang politik di Chili yg diciptakan sesaat sebelum Inggris menyerang Argentina di Falkland Islands. Tentu saja nuansa ethnik The Rhythm of the Heat dilandasi buku Carl Jung mengenai tradisi Afrika, Shock the Monkey bersifat personal dari pergumulan Gabriel atas beberapa hal yg akan diuraikan berikut ini.

Gabriel bilang, "Shock the Monkey is probably one of the better known tracks .. Most people saw that as a sort of animal right song, but it wasn't. Actually it's a song about .. Jealousy". Jadi, bukan perkara monyet di pohon, tapi bisa diinterpretasi bahwa manusia kadang berlaku mirip mahluk yg konon berada di rantai belakang evolusi homo sapiens. Naluri hewani itupun berupa rasa cemburu yg membabi buta namun cenderung dijadikan tabiat oleh manusia. Lewat bantuan video klip Shock the Monkey dapat pula dijelaskan berikut melalui akting Gabriel yg disertai sosok monyet sbg sisi primitive yg tersembunyi. Menariknya, Gabriel pernah mengunjungi Georgia State University Language Research Center dan bertemu bonobo yg masih kolega monyet. Kemudian "jamming" bareng si Panbanisha, nama seekor bonobo yg "bertugas" mencetin keyboard sembari mengiringi Gabriel bernyanyi. "It just .. felt like jamming with a musician in the sense that there were moments when you knew you had something magical there, and other times it went flat", demikian tanggapan Gabriel mengomentari "musisi pengiringnya" itu.
Gabriel meyakini sang bonobo bukan hanya mengandalkan insting saat memencet tuts maupun tabiat hasil hafalan, tapi setidaknya punya selera untuk tingkatan tertentu. Bonobo diyakini lebih dekat dalam kekerabatan terhadap homo sapiens ketimbang simpanse, serta memiliki kesamaan genetik 98% dengan DNA manusia modern. Juga ciri fisik seperti berjalan tegak, punya posisi kawin berselera "missionary style", jadi bukan "doggy", juga menerapkan sistem hirarkis dalam komunitasnya termasuk kecenderungan monogami (berkeluarga). So, melalui Shock the Monkey, apakah sekaligus menjadi sarana cemburu pribadi Gabriel terhadap persaingan terselubung atas pamor Genesis di bawah kesuksesan Phil Collins sipengganti? Ataukah Gabriel malah mengakui kebenaran teori Evolusinya Darwin, selain manusia pada dasarnya memang punya prilaku alamiah "bernaluri ala primitif"? Apalagi dalam konteks tertentu, Shock the Monkey memang punya konotasi objektif yg boleh cenderung merendahkan martabat sesama manusia itu sendiri:
+: I can't believe you're hanging with that girl .. she's gross!
-: Well .. I'm just gonna "shock the monkey", that's all ehehee
-duke-

1 komentar:

  1. Anonim says:

    Kocak keeke