
live together in perfect harmony
side by side on my piano-keyboard
oh lord .. why don't we?
Sesungguhnya, idiom "JAZZ" adalah contoh hasil salah kaprah yg mutakhir. Apalagi saat dikaitkan dgn selera bahkan strata tertentu, pasti yg dimaksud adalah dikotomi elit versus murahan, bagai upaya membedakan antara hitam dan putih. Karena sesungguhnya pula, JAZZ bermuara dari produk pekerja kasar (black) yg nekat memainkan perangkat musik kulit putih, terutama perangkat marching band peninggalan tentara Prancis di sekitar New Orleans. Maka dipadu nada getir saat merindukan aroma tanah leluhur termasuk eksplorasi olah bakat Tuhan yg konon pertama kali turun di persada Afrika, para musikus alamiah itupun bergerombol mengitari api unggun. Beratap pekatnya malam sekelam kulit yg berselimut keringat ladang sepanjang siang, diimbuhi jeritan sukma nan melolong menembus pilu. Ratapan yg lalu dijuluki secara sinis menjadi "Blues" serupa orgasme diimbuhi konotasi mesum bagi kaum munafik, berkembang jadi interpretasi kebebasan dalam atribut musikal yakni "JAZM". Sesungguhnya begitulah Jazz, kisah awal berikut kenistaannya.

we all know .. that
people are the same where ever you go
there is good and bad in everyone ..
we learn to live, we learn to give each other
what we need to survive together alive ..
people are the same where ever you go
there is good and bad in everyone ..
we learn to live, we learn to give each other
what we need to survive together alive ..
Lantas, kenapa perkara Ebony dan Ivory mesti dikaitkan dengan Jazz? Karena Jazz bukan lagi sekadar simbol pergerakan modern (movement culture) sbg estafet peradaban khalayak musik blues. Jazz adalah peleburan awal dan yg terutama ketika para "socialita" bisa rembug di hadapan satu piano yg sama, kemudian melintasi urusan harkat, harga diri, bahkan campur tangan industry. Jazz merajut tipikal pembauran dan persilangan budaya liwat musik merger 'elitis putih' (repertoar klasikal), berpadu kebebasan 'soul' milik kaum pekerja kulit hitam. Jazz merupakan bonding tanpa rencana sekaligus pula bukan ikatan formal dalam mengisi rentang dekade musikal 1900an hingga 1950an. Serta jazz pulalah melahirkan perselingkuhan yg kelak melahirkan bayi baru bernama Rock'n'Roll dipergolakan era 50-an. Maka Jazz gak cuma perkara 'cepat' (Jasez; bhs. Swahili) atau 'kotoran' (Jasm; slank - bule), atau sebutan 'Jaz' yg muncul sbg headline musik di San Francisco Bulettin 1913. Jazz adalah mainstream, lalu beranak pinak dalam berbagai generik, sebutlah rag, swing, dixie, big band (horn ensamble), bop, fussion hingga free-ethnik jazz. Jazz merupakan ibu kandung musik popular, tanpa harus rumit membaca notasi ala chords progression 8ths maupun scale microtime berdasarkan hitungan binary dan ternary. Sejatinya Jazz adalah identik dgn pembebasan dan kebebasan, tanpa perlu imbuhan canggih dan prasangka artifisial. Karenanya pulalah, Jazz adalah keseimbangan yg standard serupa tuts piano nan saling melengkapi.

Standard Blues : C-Jam Blues, Around Midnight, ..
Standard Klasik : Bluesette, Handel's Messiah, ..
Standard Waltz : Someday My Prince Will Come, Waltz For Debby, ..
Standard Free Jazz : Take Five, Miles Beyond, ..
Standard Latin : Girl From Ipanema, One Note Samba, ..
Standard Ballad : Body & Soul, In a Sentimental Mood, ..
Standard Klasik : Bluesette, Handel's Messiah, ..
Standard Waltz : Someday My Prince Will Come, Waltz For Debby, ..
Standard Free Jazz : Take Five, Miles Beyond, ..
Standard Latin : Girl From Ipanema, One Note Samba, ..
Standard Ballad : Body & Soul, In a Sentimental Mood, ..
Jazz itupun dapat sesederhana Je-E-Ze-Ze, terminologi khas bagi teritorial nan bebas merdeka. Sebagaimana Ebony and Ivory yg sulit dikategorikan Jazz secara genre, maupun menampik tuduhan umum bahwa seorang Paul McCartney hanya memanfaatkan status Stevie Wonder untuk mendampinginya terhadap pesan kesamaan ras. Kebebasan dapat timbul dari hati sendiri, sebelum sengit menuding pihak lain. Jazz tetap melaju bak improvisasi para pengemudi becak di jalan Merdeka Pontianak. Dan seharusnyapun, Jazz bebas untuk di 'gauli' oleh para 'budak-budak' di Pontianak sinek. Maka berfikir ulanglah untuk mengatakan diskriminasi tentang Jazz, misalnya mewakili musik kaliber berat ato selera snob. Apalagi karena banyaknya 'budak Pontianak' yg mengaku doyan Jazz, maka semestinya akan cocok dinikmati khalayak Kalbar pada khususnya.
ebony and ivory ..
living in perfect harmony
-duke-
living in perfect harmony
-duke-
Adakah yg sudah pernah melihat istana Stevie Wonder atau istri baru Paul McCartney? Jangan gusar, Stevie Wonder-pun belum pernah melihat keduanya ;o)