T O T O

Posted: Senin, 06 Februari 2012 by LAGUPEDIA in Label: ,
4

Dari sekian pagelaran musisi asing yang sempat ditonton oleh penulis di pentas Indonesia, mana sajakah yang terasa paling spektakuler dan mengesankan? Terlepas dari prasangka subjektif, agaknya nama kelompok TOTO perlu dikenang secara khusus. Antara lain dikarenakan ciri musikal TOTO telah merangkum perubahan karakter dan ragam hiruk pikuk musik 80an, terasa mencolok dalam mengarungi satu dekade keberhasilan mereka berkarya. Berarti sejenak mundur ke khasanah musikindo khususnya yang pernah mengenal istilah "pop kreatif" di belantara Nusantara era awal 80-an. Yakni hentakan popularitas free jazz berbaur di tengah gempuran musik Heavy Metal serta serbuan gelombang New Wave berikut goyang ajojing ala disco hingga dang dut di pelbagai lantai dansa, mewarnai pesatnya corak musikal berikut industri karya anak negeri.

Menembus ragam alternatif demikian, TOTO lahir dan telah dinobatkan sebagai Breakthrough Music, yakni kosa kata khas dalam pentas musik popular. Kelompok lainnya yang pernah melalui beberapa karyanya telah pula dianggap dalam kategori terobosan, sebutlah super group Pink Floyd pada album konsep World War II yakni The Wall dengan hentakan Another Bricks In The Wall, transformasi YES lewat album 90125, bahkan QUEEN menjadi sedemikian "black" lewat idiom Hot Space. Begitupun TOTO mulai menerobos dengan singel Georgy Porgy dan Hold The Line (1977), telah meletakkan kumpulan musisi studio berselera Jazz namun memiliki distorsi ala interpretasi Rock atau Adult Oriented Rock. Lines up awal adalah Jeffrey Porcaro (drum), Steve Lukather (gitar), serta David Paich (keyboard). Mereka bersahabat sejak di satu sekolahan, kemudian bermusik bareng hingga dikenal sebagai peracik nada studio rekaman bagi artis Bob Scaggs, mendukung proyek Michael Jackson, Sarah Vaughn, Christopher Cross, hingga Don Henley. Perbandingan untuk pergaulan musik di Indonesia kira-kira serupa dengan petualangan Uce Hudioro (drum), Youngki Suwarno (keyboard), atau jajaran muda gitaris Pay-Slank yang enggan mapan dalam satu komunitas saja.
Kemampuan musikal yang beragam serta skill individual para profesional, memang sanggup mengasah keseimbangan antara naluri pesanan berupa tuntutan komersial tanpa mesti menghilangkan identitas selera. Begitupun rombongan yang lantas memilih nama unik TOTO, konon diambil dari nama anjingnya Dorothy pada film fantasy Wizard Of Oz, selain faktor agar gampang untuk disebut dan diingat. Namun jika ingin dibahas secara musikal, TOTO dalam terminologi latin dapat diterjemahkan sebagai "all encompassing", yakni kelompok yang sanggup meng-akomodir segala jenis suara. Nama ini nyatanya bertuah dalam mempopulerkan persilangan genre atau crossover idiom Jazz dengan Rock, dimulai sejak album awal bertajuk self-tittle TOTO rilis Oktober 1978 serta langsung diganjar nominasi bergengsi ajang Grammy Award sebagai Best New Artist di tahun yang sama. Berlanjut album kedua Hydra (1979) juga memunculkan signature abadi, "99". Lagu dengan judul angka tersebut terinspirasi dari nuansa film tema futuristik milik George Lucas, yakni pada sebuah peradaban manusia yang kelak akan menggunakan nomor I.D ketimbang nama. Sayangnya grafik kesuksesan sempat rada jeblok di rekaman ketiga Turn Back (1981), berupa kegagalan dari aspek penjualan maupun segi tidak menelurkan goresan berupa hits monumental.

TOTO menebusnya sebagai pelajaran serta fokus pada proyek selanjutnya yang kelak dianggap paling dahsyat, TOTO IV (April 1982) berikut taburan singel unggulan sekaligus panen penghargaan. Duniapun mengenal sekaligus disihir oleh Rossana, Africa, serta I Won't Hold You Back yang bergantian merajai tangga lagu populer di seluruh chart dunia. Berlanjut prestasi memborong 6 penghargaan Grammy Awards di kategori bergengsi, Record Of The Year (lagu Rossana), Best Pop Vocal Performance, Best Instrumental Arrangement With Vocal, Album Of The Year 1983 (TOTO IV), Best Engineered Recording, and Best Producer (the group). Namun seperti umumnya keberhasilan yang kadang menuntut tumbal, TOTO harus melepas kepergian bassist David Hungate sekaligus vokalis Bobby Kimball. Mereka diganti oleh Mike Porcaro (keluarga Porcaro yang ketiga di Toto setelah Jeffrey dan Steve), serta Dennis 'Fergie' Frederiksen sebagai vokalis band Le Roux dari Los Angeles. Album berikutnya meluncur agak terkesan ragu, album Isolation (1984) walau masih punya andalan Stranger In Town dan Holyanna namun tak kuasa menandingi masterpiece sebelumnya. Maka TOTO berkesempatan refreshing dan turut terlibat menggarap ilustrasi musik antara lain untuk proyek Summer Olympic Games 1984 sekaligus menjajal pengalaman industri layar lebar sebagai music score pada film Dune karya David Lynch yang diperankan bintang musik lainnya, Sting.

Sementara Bobby Kimbal sibuk mengerjakan proyek milik produser Frank Farian yang lelah dengan Boney M, yakni Far Corporation untuk album Division One. Frank Farian telah mengacak-acak nomor sakral Stairway to Heaven, namun memiliki balada yahud You Are The Woman serta didukung personil TOTO seperti Steve Lukather, David Paich, serta mantan drummer SAGA yakni Simon Phillips yang saat itupun sedang mendukung Mike Oldfield dan John Lord. Proyek ini gak berlangsung lama lantaran Frank Farian dapat mainan baru yang kelak lebih terkenal secara kontroversial yakni Milli Vanilli. Sedangkan TOTO kembali menawarkan selera baru lewat album Fahrenheit (1986) berupa balada membius sekaligus kebiasaan mengangkat nama wanita sebagai judul lagu, kali ini Lea serta I'll Be Over You. Kali inipun sekaligus memperkenalkan vokalis baru Joseph Williams yang menggantikan Fergie. Rupanya Joseph lebih cenderung bersuara lantang, maka karakter garang jadi lebih dominan pada album berikutnya The Seventh One ala Hard Rock.
Sebagai ciri pemusik studio yang detil dan teliti, TOTO merasa perlu mempertegas nuansa Advant Garde dengan mengundang karakter Jon Anderson (Yes, ABWH). Kebetulan mereka sedang terlibat proyek bareng untuk penyelesaian album solo In The City Of Angel, akibatnya semacam saling mengundang sebagai tamu. Sekaligus melibatkan Linda Rondstad walau hanya untuk berteriak pada refrein lagu Stop Loving You dan Stay Away. "Saat Linda menjerit 'stay away', kok mirip pengalaman pacar saya saat pertama kali kucium!", demikian kenang Steve Lukather. TOTO terasa lengkap menjabarkan berbagai adonan musikal berselera berikut gimmick, terutama spesifik membidik khalayak kaum hawa. Dimana mereka setidaknya telah menggunakan lima nama wanita untuk dikenang sebagai judul lagu, Holyanna, Pamela, Anna, Lea, dan Rossana. Nama yang terakhir adalah milik artis cantik Rossana Arquette (film Desperetly Seeking Susan, Nowhere To Run) dan sempat dituduh sebagai kekasih Steve Lukather, walau ada info lain yang mengatakan bahwa Rossana sebetulnya dating dengan Jeff Porcaro. Bisa dimaklumi, sesama selebritis memang perlu bahan topik atau saling baku gosip untuk simbiosis popularitas.

Yang jelas TOTO punya tradisi unik yakni bongkar pasang vokalis, kali ini Joseph digantikan Jean Michels Byron yang tampil funky dengan rambut gimbal, hadir untuk album kompilasi dengan rencana 4 lagu baru pada kompilasi Past To Present 1977-1990. Antara lain tembang Love Has The Power dan Can You Hear What I'm Saying, masing-masing telah didedikasikan untuk tokoh pejuang hak azasi manusia Dr. Nelson Mandela serta Dr. Martin Luther King. Bisa dipastikan peran Jean Michels hanya untuk menyelesaikan kontrak rekaman berupa album perantara, sebelum TOTO merencanakan reuni dengan Bobby Kimball yang dipersiapkan pada album penuh berikutnya, Kingdom Of Desire. Sekaligus Steve Lukather mulai menjajal posisi vokal yang lalu ditinggalkan Byron saat keperluan konser, karena TOTO mulai serius memikirkan sebuah konsep yang tidak pernah dipikir sebelumnya yakni pertunjukkan besar keliling dunia. Adalah semacam ujian tak tertulis, bahwa kesaktian kelompok musik telah terbukti saat mereka berhasil menundukkan kiblat pentas dunia di Amerika, Inggris dan Jepang (Asia). Konon Jimi Hendrix yang memulai tradisi penaklukan begini, dimulai saat para musisi Inggris menjajah panggung Amerika era 1970-an berupa British Invasion.

Namun rencana bersejarah harus dimulai lewat tragedi, meninggalnya Jeff Porcaro akibat serangan jantung serta komplikasi keracunan pestisida. Jeffrey tipikal musisi dunia yang disegani, pergaulannya luas, sensitif lewat karya abadi Africa, maupun secara pendiri sekaligus pemimpin band. TOTO berduka tapi bertekad menggelar konser dunia sesuai maklumat Jeff, sekaligus promosi album terakhir Jeff juga sebagai penghargaan. Maka rute dimulai dari Osaka-Jepang, gelegar TOTO World Tour 92-93 juga tiba di Plenary Hall, Jakarta Hilton Convention Centre tanggal 29 November 1992. Didukung drummer "muka baru tapi stok lama" Simon Phillips yang sebelumnya sudah pernah mampir mengiringi Mick Jagger dan Joe Satriani di Stadion Senayan 1988 Jakarta. Esensi TOTO mungkin terasa datar, ada kekosongan aksen Jeff yang lenyap walau kehadiran Simon sanggup membius sekitar 800 penonton sejak Child Anthem, I'll Suply The Love, hingga warisan The Beatles sebagai monumen penutup, With A Little Help From My Friend. Begitu khusus dan khusuk untuk mengenang sang sahabat Jeff, penulis lebur hanyut dalam ekstasi pesta dunia. Mesti saat itu harus bolak-balik antara Bandung dan Jakarta untuk menyelesaikan skripsi, demi hadir sebagai saksi sekaligus pendukung raksasa baru bernama singkat, TOTO.
Diskografi :
1978 - Toto
1979 - Hydra
1981 - Turn Back
1982 - Toto IV
1984 - Isolation
1986 - Fahrenheit
1988 - The Seventh One
1992 - Kingdom of Desire

Harian Aqcaya, 6 Maret 1994 (Pontianak Post)
-duke-

4 komentar:

  1. m. akbar says:

    Keknya Toto dah 3x ke Indonesia meskipun materi lagu2 gk terlalu variatif.. mrk mmg lebih cocok sbg kumpulan pemusik yg ok ketimbang seniman musik

  1. LAGUPEDIA says:

    Menurut khabar memang sudah tiga kali ke Indonesia, tulisan ini adalah pengalaman pribadi saat menyaksikan mereka pertama kali manggung di Jakarta. Thanks infonya ;o)

  1. achyar says:

    band favorit gue tp semakin meredup sejak lagu I'll Remeber you!

  1. Anonim says:

    sori agan... kirain iklan toilet kekeee ke