B I K O (Peter Gabriel)

Posted: Minggu, 12 Agustus 2012 by LAGUPEDIA in Label: ,
2

September '77
Port Elizabeth, weather fine
It was business as usual
In police room 619 ..
Oh Biko, Biko .. because Biko
Yihla Moja, Yihla Moja ..
The man is dead!
Stephen "Steve" Bantu Biko, kelahiran December 1946 di King William, Africa Selatan. Diketahui sejak kecil hingga kuliah di kedokteran, hidupnya terekam lewat karakter anti kemapanan yg kontekstual lewat sistem politik represif secara diskriminatif rasial, atau dunia lebih mengenal sbg Apartheid. Maka ketimbang lulus bergengsi dgn gelar dokter serta mencoba peluang hidup berkelas, Biko malah bergabung dgn National Union of South African Students sekaligus merasakan intervensi dominan dari kalangan pemerintah yakni kulit putih liberal. Sekaligus untuk menyalurkan aspirasi sambil menghimpun kalangan sepaham, ia mendirikan South African Students Organisation yg dianggap lebih progresif dan nyata dalam memperjuangkan aspirasi para black communities. Kemudian menjadi pertanyaan remeh, kenapa seorang Peter Gabriel telah memilih nama dan figur Biko untuk dijadikan salah satu tonggak pada album solo ketiganya yg sering dijuluki "Melt", atau lepas dari tema singel Games Without Frontiers walau bukan sbg lead konsep yg terutama?
When I try to sleep at night
I can only dream in red ..
The outside world is black n white
With only one colour dead
Oh Biko, Biko .. because Biko
Yihla Moja, Yihla Moja ..
The man is dead!
Tahun 1972, Biko semakin aktif terlibat dalam komunitas Black Peoples Convention yg memiliki banyak divisi, salah satu jalur politik melalui corong Black Community Programme. Kendaran inilah yg menjadikan namanya masuk daftar cari paling utama sbg oposan bagi pemerintahan. Penjarapun seolah jadi rumahnya, siksaan fisik dan intimidasi mental adalah rutin kegiatannya terutama periode sibuk Agustus 1975 hingga akhir 1977 di Eastern Cape Security Police hingga wilayah Port Elizabeth. Aktivis Peter Jones yg juga satu penjara, telah menggambarkan Biko pernah disiksa disepanjang Agustus 1977 dengan posisi berlutut dalam keadaan bugil terikat. Ritual dihentikan hanya untuk memberi kesempatan tidur sejenak dgn kepala terus tersungkur di lantai, lantas dibangunkan lagi tanpa permisi selain dihajar mendadak tanpa perlu merubah posisi. Agar tetap fit sekaligus sadar untuk menerima siksaan secara sempurna, pihak dokter penjara selalu sigap mengawasi untuk siap merekomendasikan tentang kebugaran fisik Biko termasuk kemampuan segenap daya indera perasa. Sebuah penghormatan lahir dan bathin.

Kondisi tanpa harapan dan tak berujung, berlangsung hingga 11 September 1977 dan Biko tak lagi sanggup bergerak dan bereaksi sama sekali. Iapun dilarikan ke rumah sakit yg berarti menempuh perjalanan sejauh 1.200 Km menuju Pretoria. Artinya terguncang untuk 12 jam nonstop di lantai jip polisi, walau Biko bugil tetap membeku seolah pasrah mengapai cahaya kebebasan di lorong penjara fisik terakhirnya. Hingga pihak medis "Pretoria Central Prison" menyatakan telah menerima mayat dgn catatan "terluka cidera akibat perkelahian dgn sipir penjara". Sementara bagi pendukung dan para sahabat Biko punya pendapat sendiri, "Ia cuma hilang tanpa jejak maupun berita", hingga sekarang. Tentu kaliber Peter Gabriel bukan sedang bermaksud mengekspos horor atau sekadar mendompleng politik praktis, ketika berseru soal Biko ataupun mendompleng musik eksotis berlabel ethnik. Namun Biko menitip banyak aspek seperti penggunaan Bagpipes yg pasti kontroversial bagi musik Afrika serta Gabriel punya kesempatan menjelaskan bahwa Skotland bukanlah leluhur instrumen tsb tapi berakar dari sekitar ambient budaya Timur Tengah. Biko pulalah yg membuat Steve Van Zandt mendirikan organisasi non profit Sun City tahun 1980, serta Bono memohon kepada Gabriel untuk turut bergabung pada Amnesty International Conspiracy Of Hope. Yang pasti, Biko merupakan cikal pengantar inspirasi bagi sindikasi World Music milik Peter Gabriel.
You can blow out a candle
But you can't blow out a fire
Once the flames begin to catch
The wind will blow it higher
Oh Biko, Biko .. because Biko
Yihla Moja, Yihla Moja ..
The man is dead!
Maka sesungguhnya, Biko tak pernah benar menghilang lantas kontribusinya jadi sia2 terutama bagi Afrika Selatan. Justru Apartheid tamat riwatnya sedangkan Biko sanggup eksis melewati rentang kehidupan hingga 31 tahun. Richard Attenborough turut mengenang Biko melalui film Cry Freedom yg diperankan Denzel Wahington. Peter Gabriel menulis sembari menyerukan "Yihla Moja", dari bahasa lokal Xhosa yg bermakna "the beautiful spirit" atau An Ascend Spirit. Pada intro dan coda lagu diiringi nuansa ethnik untuk prosesi kematian, saat proses rekaman melibatkan seluruh personal di studio yakni para musisi, produser, tehnisi, staf keamanan, pegawai administrasi, hingga juru masak, turut larut bernyanyi pada chorus terakhir. Bagian dari konteks proklamasi Gabriel untuk leluasa melepas atribut popularitas dan glamour artis di puncak ketenaran band Genesis yg didirikannya, melebur dalam belantara nada Afrika hingga lirik Aborigin lewat sindikasi pribadinya, World Music. Dalam konteks lebih luas begini memang sulit untuk mengharapkan bendera Genesis dapat berjuang lewat idiom budaya dunia ketiga, seperti inisiasi Gabriel melalui WOMAD [World Of Music And Dance Festival] untuk leluasa berceloteh dan layak didengarkan. Bukankah demikian sejatinya bermusik?
Sementara di jantung Johannesburg pernah terbentang iklan raksasa untuk memperingati perayaan 25 tahun kematian Biko. Tertulis gagah dan mewah, "Jamuan malam bareng Chinua Achebe (penulis Nigeria), biaya meja per orang US$ 1.900 (atau Rp 17 juta)", dengan bangga diselenggarakan oleh Yayasan Steve Biko pimpinan Nkosinathi, putra sang Biko. [Steve Biko Foundation advertised Saturday's gala banquet with Achebe as costing patrons a minimum of R 20.000 rands/table]. Perjuangan memang gak harus melulu soal fisik dan terukur, tapi jelasnya -serta rupanya- tetap butuh pamor termasuk melibatkan ongkos. Begitupun harga untuk nilai takaran perbedaan yg dapat dikutip, misalnya demi kemasan halal atau label kafir sesuai pesanan jika di Indonesia. Dan akhirnyapun .. termasuk Selamat Datang Piala Dunia Sepakbola 2010 di Johannesburg, tempat ibu negeri di mana para Biko termasuk sarana simbol berekspresi pernah dipasung, dibungkam sekaligus untuk diberi label dan terus dirayakan kembali.
And the eyes of the world are
Watching now ..
Watching now

-duke-

2 komentar:

  1. Anonim says:

    Absolutely one of my fave all of time.